Aku guru dari Tegal. Sudah satu tahun lebih mengajar di satu SMK di Karawang, tapi kemampuan berbahasa Sunda-ku tak juga mengalami peningkatan.
Pertemuan perdana di semester kedua tahun ajaran 2018/2019 dimulai. Bau-bau liburan akhir semester ganjil masih tercium -para siswa belum bisa diajak ngegas atau masuk ke materi. Aku pilih menghabiskan kelas dengan bercerita pengalaman liburan sekolah.
"How did you spend your holiday?" tanyaku.
Jawaban mereka beragam; boring, fun, sad.. Banyak juga yang menjawab, "Hardolin" dibarengi dengan tawa.
Aku yang merasa penasaran, lalu mengecek kata 'Hardolin' di Google. Aku tercengang. Ternyata ada! Tapi ini tetap tak membuat aku yakin dia tahu segala hal.
Ternyata, Hardolin itu singkatan dari Dahar (Makan), Modol (Berak), Ulin (Main).
Aku tertawa. Namun, membaca kata per katanya kembali beberapa kali. Dahar-modol-ulin. Dahar-modol-ulin.
"Kenapa disingkat Hardolin? Kenapa gak Lindamo (Ulin-dahar-modol) aja?" pertanyaan muncul dalam benak.
Aku pikirkan ini betul-betul. Pun dalam perjalanan pulang ke rumah. Menurutku singkatan Hardolin lebih susah diucapkan ketimbang Lindamo. Lagi pula, artinya pun sama. Cuma berputar dikisaran makan, bermain dan BAB.
'Ilham' datang, "Oh, mungkin itu alasannya!"
Hardolin - Dahar, Modol, Ulin