Kebiasaan yang membuat lupa waktu, scrolling media sosial. Dimanapun dan kapanpun, akses bermedia sosial sangatlah mudah. Hanya membutuhkan jaringan internet dan kita bisa berselancar sepuasnya disana.
Sebenarnya apa sih yang kita cari dari scroll medsos ini? Berita terbaru, kabar teman, aktivitas orang lain, tren yang digunakan, informasi tertentu, atau hanya sarana penghilang rasa bosan?
Bingung menjawab atau memang itu yang kita lakukan. Hemm, sebaiknya segera tetapkan skala prioritas kita dalam scrolling ini. Batasi waktu dan penggunaanya juga tentunya.
Kenapa harus begitu? Lihatlah sudah banyak fenomena pengaruh buruk dari terlalu sering scrolling di media sosial ini. Seperti fenomena FoMO (Fear of Missing Out) yang takut akan ketertinggalan tren. Atau fenomena insecure karena merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki dengan cara membandingkan hidup dengan orang lain. Itu dia yang akan membuat kita banyak pikiran dan menjadi overthinking, memikirkan postingan yang kita dapat entah itu benar atau tidak dan selalu memikirkan apa yang sebenarnya tidak penting bagi diri kita sendiri. Jika ini terus-terusan dibiarkan, tanpa kita sadari mungkin kita akan melangkah ke dampak yang lebih serius, yaitu depresi.
Sungguh sangat disayangkan jika kegabutan ini malah menimbulkan dampat negatif  yang serius bagi tubuh kita ini. Oleh karena itu, untuk mengetahui sampai mana pengaruh buruk dari scolling ini, tanyakan 4 hal ini pada diri kita:
1. Apakah kita melihat postingan yang membuat kita menjadi tidak bahagia?
Bukan berarti tidak bahagia yang merupakan perasaan sedih karena tersentuh dengan suatu peristiwa ya. Yang dimaksud adalah ketika kita malah tidak bahagia dengan kehidupan nyata yang kita miliki karena melihat kehidupan virtual orang lain yang bahagia.
Selain itu, mungkin setelah seharian scrolling, entah kenapa bukan perasaan bahagia karena terhibur oleh berbagai konten yang ada tapi malah perasaan mengganjal yang ada di hati dan pikiran.
2. Apakah kita mengikuti akun yang membuat ingin menjadi seseorang yang bukan diri kita sendiri?
Cek lagi akun yang kita ikuti, story yang selalu kita lihat, postingan yang selalu kita scroll, dan pastikan kita tidak menginginkan kehidupan maya mereka. Ketika kita sudah mulai menjadikan diri kita seperti orang lain, ingin berpenampilan atau berkehidupan seperti orang yang kita ikuti di media sosial, lama kelamaan kita pasti punya ekspektasi tinggi terhadap perubahan yang sebenarnya itu tidak diperlukan bagi diri kita.
3. Apakah kita membandingkan hidup atau tubuh atau kesuksean yang kita miliki?
Nah, dengan selalu melihat postingan dan story orang lain, bukan tidak mungkin kita akan membandingkan kehidupan yang kita miliki dengan orang lain. Seperti bentuk tubuh ideal yang dimiliki orang lain, atau kehidupan orang lain yang terlihat selalu bahagia, dan kesuksesan yang dipamerkan oleh orang lain.
4. Apakah cara kita menggunakan media sosial mempengaruhi kesehatan mental kita secara negatif?
Ini dia yang perlu kita perhatikan lagi. Sudah sejauh mana sih energi yang kita kuras hanya untuk scrolling? Pernah merasa sangat banyak pikiran walaupun seharian tidak melakukan pekerjaan yang berat? Mungkin inilah dampak dari scrolling tanpa ada batas. Hanya dengan scrolling sering kali pikiran kita terkuras karena tidak mampu mengontrol diri atas kekahwatiran yang kita miliki. Lalu apa? Overthinking lah yang selanjutnya akan terus membayangi hari-hari kita.
Stop sampai disini! Saatnya mengevaluasi konten yang ada di media sosial. Saatnya untuk mengambil sikap keras dan jujur terhadap perasaan yang kita miliki saat mengakses media sosial.
Apakah kita merasa insecure tiap melihat seseorang dengan standar kecantikan yang diinginkan semua orang? Apakah kita mengikuti banyak akun untuk mengikuti tren? Apakah kita membandingkan diri dengan capaian orang lain? Apakah ketika kita melihat postingan orang lain kita akan bertanya mengapa hidup orang lain begitu mudah dan menyenangkan? Dan apakah media sosial membuat kita membenci diri kita sendiri?
Sangat miris bukan, ternyata kita begitu sering membandingkan diri sendiri. Kita tidak pernah puas dengan apa yang kita miliki. Selalu menuntut menginginkan hidup seperti orang lain. Menjadikan dunia maya menjadi hal yang harus kita ikuti dan jelajahi terus menerus.
Hey, berhentilah memikirkan apa yang bukan kehidupan kita. Berhentilah menyalahkan diri kita atas apa yang tidak kita miliki. Pikirkanlah apa yang ada disekeliling kita, bukan apa yang ada didalam gadget kita.
Overthinking adalah masalah yang kita ciptakan sendiri. Banyaknya informasi yang masuk dalam sosial media kita membuat kita kuwalahan dalam memilahnya.
Maka, sudahi itu semua, berhenti mengkuti akun yang membuat kita tidak bahagia, lakukan aktivitas di dunia nyata kita. Fokus pada saat ini, dan ingat bahwa lingkungan sekitar membutuhkan kita dalam bentuk nyata bukan virtual. Daripada memperhatikan hidup orang lain yang belum tentu dan sudah pasti tidak mengenal siapa kita, lebih baik perhatikan sekeliling kita. Mulai bangun hubungan dengan orang lain, dengan tubuh yang berbeda, hidup yang berbeda, dan situasi yang berbeda.
Berhentilah mengonsumsi begitu banyak hal negatif dan gunakan media sosial dengan rasa optimisme. Media sosial bisa menyenangkan jika kita tahu batasan dan prioritas kita. Prioritas yang kita tetapkan ini akan membantu agar tidak dilanda overthinking.
Dari semua hal yang ada pada media sosial. Memang benar kata yang tepat untuk saat ini adalah "Bijaklah dalam bermedia!".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI