“Setiap waktu Dia dalam kesibukan”
~ Ar-Rahman: 20 ~
Hari ini mujur masih berkata tidak kepada peruntungan hidup, undian untuk berhaji tahun ini belum juga nyangkut di rak takdir saya. Langsung seusai hiruk-pikuk pengundian temus (tenaga musim) haji yang berlangsung di sekretariat kekeluargaan itu, saya diajak seorang senior menuju kantor sebuah agen properti di bilangan mutsallats (simpang tiga), Nasr City.
“Ada orang yang butuh bantuan” Katanya dengan tergesa.
Meski masih lelah dan dipenuhi tanda tanya, saya tetap mengikuti bersama tiga orang kawan lainnya hingga akhirnya kami berhenti di depan bangunan bertuliskan “Al-‘Aqarat”. Ada tiga orang Bapak-bapak Mesir sedang duduk dan dua orang anak kecil berwajah “agak” asia sedang bermain di depan bangunan itu. Dari pembicaraan dengan salah seorang Bapak-bapak itu, saya baru mengerti bahwa ada seorang warga negara Indonesia yang sedang berada di dalam kantornya.
Dari pembicaraan selanjutnya, si Bapak menyebutkan bahwa WNI ini minta dicarikan flat dengan harga sewa 300 pound Mesir (sekitar 500.000 rupiah) yang bisa dikatakan tidak akan ada. Masalahnya adalah WNI tersebut tidak mau keluar dan bersikeras untuk tetap berada di dalam kantor si Bapak sampai ada flat sewaan seharga di atas yang tentu saja membuatnya bingung mau melakukan apa.
Untuk mengetahui masalah lebih lanjut, kami dipersilahkan masuk ke dalam kantor agen properti itu untuk bertanya langsung kepada WNI bersangkutan. Setibanya di dalam kantor, seorang ibu berwajah melayu menyambut kami dengan senyuman.
“Sarah” Ujarnya mengenalkan diri.
Setelah menyampaikan maksud kedatangan kami dan berbasa-basi sekedarnya, kami menanyakan perihal Ibu ini hingga bisa sampai di kantor agen tersebut. Dan selanjutnya kami telah hanyut dalam kisah yang disampaikan oleh Ibu Sarah. Beliau terdampar di negeri ini (Mesir) setelah menikah dengan seorang laki-laki berkewarganegaraan Mesir di Kuwait beberapa tahun silam. Dari pernikahan itu mereka dikarunia empat orang anak, tiga orang perempuan dan satu orang laki-laki. Namun malang tak dapat ditolak, anak laki-laki satu-satunya itu meninggal di usia balita. Tak lama setelah anak laki-laki bungsunya meninggal, Ibu Sarah diceraikan oleh suaminya dengan alasan keluarganya di Mesir tidak bisa menerima Ibu Sarah dan anak-anaknya. Semenjak hari itu Ibu Sarah memulai hidupnya dengan hanya bertemankan anak-anaknya di negeri asing.
Demi ketiga anaknya, Ibu Sarah rela menjadi buruh kasar pada sebuah kebun anggur di wilayah Aswan selama kurang lebih dua tahun. Namun akhirnya terpaksa ditinggalkan karena kondisi tempat pemondokan pekerja yang tidak bagus untuk kesehatan anak-anak.
“Maha, Basanti, dan Nurha”Jawabnya ketika kami menayakan nama masing-masing gadis ciliknya yang sedang asyik bermain-main.
Setelah berhenti bekerja di kebun anggur, Ibu Sarah hidup di shelter (asrama TKI) milik KBRI Kairo. Sesuai dengan penuturan Ibu Sarah, kehidupan di asrama cukup enak. Namun terkadang kondisinya yang membawa tiga orang anak itu menyebabkan masalah-masalah kecil yang mengundang sungkan terhadap sesama penghuni shelter. Sehingga beberapa kali Ibu Sarah terpaksa keluar masuk asrama sebelum akhirnya memutuskan keluar secara permanen sekitar dua hari yang lalu.
Ketika pertanyaan, “Setelah mengetahui kondisi hidup yang susah di Mesir, mengapa Ibu Sarah masih bersikukuh hidup di sini?” kami utarakan, Ibu Sarah hanya menjawab, “Jika seandainya kami bisa pulang, tentu sudah pulang Pak”.
Jawaban ini sama sekali tidak berhasil menuntaskan rasa penasaran saya, malah makin bertambah. “Ada apa ini? Apakah KBRI sebagai perwakilan pemerintah di luar negeri tidak memberikan sedikitpun bantuan untuk memulangkan?”
“Bukannya KBRI tidak mau membantu, malah sepertinya sudah ikutan putus asa pak .” Jelasnya sambil tersenyum kecil. “Sebab semenjak anak-anak saya ini lahir, semuanya langsung dicatatkan oleh ayahnya sebagai warga negara Mesir” Sambungnya.
“Lalu masalahnya apa Bu” Tanya kawan saya.
“Dalam peraturan negara Mesir, anak perempuan di bawah umur tidak boleh dibawa keluar Mesir kecuali oleh ayahnya sendiri meskipun saya, ibunya berkebangsaan Indonesia. Andai saya hanya sendiri tentu sudah sejak lama saya pulang kampung. KBRIpun juga sudah beberapa kali mengajukan pindah kewarganegaraan anak-anak saya, namun selalu ditolak pemerintah sini dengan berbagai alasan. Tentu tidak mungkin saya meninggalkan anak-anak di Mesir ini, sedangkan ayah mereka dan keluarganya tidak mau menerima kehadiran mereka ” Ungkap Ibu Sarah dengan nada sedih.
Jawaban inilah yang akhirnya berhasil menghubungkan satu persatu cerita yang berurai dari tadi. Awalnya saya sempat menaruh kekhawatiran tentang bagaimana kemungkinan solusi bagi Ibu Sarah untuk tetap berada di Mesir tanpa visa pelajar ataupun pekerja. Penjelasan tentang kewarganegaraan anak-anaknya sudah sangat menjawab kelegalan ijin tinggalnya. Dengan itu berarti Ibu Sarah bukanlah TKI/ TKW namun ibu dari warga negara Mesir.
Akhirnya diskusi saya dan kawan-kawan beralih kepada solusi yang bisa diberikan kepada Ibu Sarah dan ketiga putrinya tersebut untuk malam ini. Saat itulah sesuatu yang tidak kami sangka-sangka muncul, tenyata hati si Bapak pemilik kantor agen properti itu tidak sekeras wajahnya. Setelah mengatahui cerita lengkap dan masalah yang dimiliki Ibu sarah, dengan cepat ia menawarkan kantornya untuk dipakai sebagai tempat bermalam sampai besok pagi. Bahkan si Bapak juga menjanjikan akan mencarikan flat murah sampai Ibu Sarah mendapatkan pekerjaan tetap dan layak. Tentu saja keputusan itu menjadiangin segar bagi kami yang mendengarnya, terlebih Ibu Sarah yang langsung berkali-kali mengucapkan terima kasih.
Senior yang mengajak saya tadi, juga sempat menawarkan untuk membantu mencarikan info pekerjaan bagi Ibu Sarah dan meminta kepada kami untuk memasang telinga baik-baik jika ada tawaran kerja yang pas untuk beliau. Tak lama sesudah itu, sayapun pamit pulang karena hari yang sudah sangat larut.
Sepanjang perjalanan menuju flat, saya berpikir bahwa ternyata di malam pesta yang baru saja saya dan kawan-kawan mahasiswa lewati, ada takdir lain yang ternyata lebih tak beruntung.
Setidaknya lebih dari sekedar “tidak keluarnya” nama pada undian temus.
Kairo - Awal musim panas ke lima
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI