Pembangunan ekonomi diyakini dapat dicapai melalui beberapa indikator, meliputi pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan (purchasing power parity) ; kesehatan yang diukur dari angka harapan hidup, kekurangan gizi, dan moralitas pada anak; dan pendidikan yang diukur melalui melek huruf dan rata-rata lama sekolah (Todaro & Smith, 2015).
Menurut (Arifin, 2009), pembangunan ekonomi daerah adalah proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada di daerah tersebut dan membentuk kemitraan antara sektor swasta dengan sektor pemerintahan untuk membuka lapangan pekerjaaan demi merangsang pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi menjadi parameter dalam mengukur pembangunan ekonomi. Tercapainya pembangunan ekonomi dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta meningkatnya kesejahteraan hidup masyarakat. Pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah memiliki tingkat keberagaman yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan setiap daerah memiliki perbedaan potensi, sumber daya, dan kemajuan teknologi.
Perbedaan pembangunan ekonomi di setiap daerah dapat dilihat dari indeks pembangunan manusianya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan kualitas sumber daya manusia di setiap daerah. Pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan erat dengan indeks pembangunan manusia.
Ketiga komponen pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang meliputi kesehatan, pendidikan, dan ekonomi menjadi tolok ukur dalam menilai kesejahteraan suatu daerah. Menurut Ranis dan Gustav (dalam Maratade & dkk, 2016) mengatakan bahwa indeks pembangunan manusia dengan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan dua arah.
Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mempengaruhi indeks pembangunan manusia di mana dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta distribusi pendapatan yang merata akan meningkatkan daya beli masyarakat meningkat dan meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memenuhi pendidikan dan kesehatan. Di sisi lain, indeks pembangunan manusia yang tinggi juga berdampak besar pada tingkat pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi guna merangsang laju perekonomian suatu daerah.
Penulis akan melakukan perbandingan pembangunan ekonomi antar Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh. Sumatera Utara adalah kontributor terbesar PDRB Pulau Sumatera sebesar 23,35% sedangkan Aceh termasuk salah satu provinsi terendah penyumbang PDRB Sumatera yang hanya mencapai 4,99% (BPS Sumatera Utara, 2021).
Laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari angka PDBR tiap daerah. Pada triwulan kedua tahun 2021, Sumatera Utara mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,95% (BPS Sumatera Utara, 2021). Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan adalah penyumbang terbesar PDRB Sumatera Utara yaitu sebesar 60,37%.
Untuk pertumbuhan ekonomi berdasarkan lapangan usaha, sektor jasa keuangan menempati urutan teratas yang mencapai sebesar 7,87%. Di lain sisi, pertumbuhan ekonomi provinsi Aceh pada triwulan kedua tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar 2,56% (BPS Aceh, 2021). Distribusi terbesar PDRB Aceh berasal dari sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan yang mencapai 30,77%. Sektor transportasi dan pergudangan menempati urutan teratas pada pertumbuhan tertinggi menurut lapangan usaha.
Selain pertumbuhan ekonomi, untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dan keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat menggunakan tiga indikator lain berdasarkan UNDP, yaitu kemampuan daya beli, pendidikan yang diukur melalui harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, dan kesehatan yang diukur melalui umur harapan hidup.
Indikator pertama dari indeks pembangunan manusia adalah pengeluaran per kapita yang berdampak pada kemampuan daya beli penduduk. Rata-rata pengeluaran per kapita Sumatera Utara pada tahun 2020 sebesar 10,42 juta per tahun sedangkan rata-rata pengeluaran per kapita Aceh pada tahun 2020 mengalami penurunan akibat Covid-19, hanya mencapai 9,492 juta per tahun. Apabila dilakukan perbandingan antar provinsi di Pulau Sumatera, Sumatera Utara menempatkan urutan ke-enam dan Aceh mendapatkan urutan terakhir berdasarkan rata-rata pengeluaran per kapita dalam setahun.
Indikator lain dari keberhasilan pembangunan dapat ditilik dari aspek pendidikan yang diukur melalui Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) tiap masyarakat. Harapan Lama Sekolah (HLS) dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk mulai dari usia 7 tahun ke atas yang bersekolah sampai dengan jenjang program wajib belajar 9 tahun. Berdasarkan data dari BPS, angka Harapan Lama Sekolah (HLS) di Sumatera Utara adalah 13,23 tahun atau mencapai Diploma I sedangkan harapan lama sekolah di Aceh sebesar 14,31 tahun. Maknanya adalah, penduduk yang berusia 7 tahun mempunyai peluang untuk melanjutkan bersekolah sampai 13,23 atau 14,31 tahun lamanya. Angka HLS Sumatera Utara menunjukkan bahwa penduduk yang berusia 7 tahun dapat melanjutkan pendidikannya sampai tahun pertama perkuliahan. Sedangkan untuk HLS Aceh menunjukkan harapan lama sekolah yang lebih besar dari Sumatera Utara yang berarti bahwa penduduk yang berusia 7 tahun di Aceh dapat melanjutkan pendidikannya sampai tahun ketiga di perguruan tinggi.
Selain HLS, komponen pendidikan lainnya yaitu rata-rata lama sekolah tiap penduduk. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dapat diukur melalui jumlah tahun pendidikan formal yang sudah ditempuh oleh penduduk yang berusia 25 tahun ke atas. Rata-rata lama sekolah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2020 mencapai 9,54 tahun sedangkan untuk rata-rata lama sekolah penduduk Aceh sebesar 9,33 tahun. Hal ini berarti bahwa penduduk Sumatera Utara yang berusia 25 tahun ke atas rata-rata sudah menyelesaikan pendidikan formal selama kurang lebih 10 tahun atau sampai kelas 1 SMA. Rata-rata penduduk Aceh yang berusia 25 tahun ke atas telah menyelesaikan pendidikan formal selama 9 tahun atau sampai dengan kelas 3 SMP.
Indikator selanjutnya dari pembangunan adalah kesehatan. Umur Harapan Hidup (UHH) menjadi parameter dalam mengukur indikator kesehatan berdasarkan perkiraan lama hidup rata-rata penduduk. Umur harapan hidup di Sumatera mencapai 69,10 dan untuk Aceh mencapai 69,08 pada tahun 2020. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata bayi yang lahir di Sumatera Utara pada tahun 2020 dapat bertahan hidup selama 69,10 tahun. Sedangkan untuk Aceh, menunjukkan bahwa rata-rata bayi yang lahir di Aceh pada tahun 2020 dapat bertahan hidup selama 69,8 tahun.
Berdasarkan data dari BPS tahun 2020 mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), IPM Sumatera Utara mencapai 71,77 dan untuk Aceh sebesar 71,99. IPM Sumatera Utara dan Aceh sudah masuk pada kategori “tinggi”. Tidak ada provinsi di Pulau Sumatera yang termasuk ke dalam kategori “ sangat tinggi” dan “rendah”.
Akan tetapi, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dan Aceh termasuk yang terendah apabila dibandingkan dengan provinsi-provinsi di Pulau Sumatera. Hal ini menunjukkan perlu adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di kedua provinsi tersebut, terutama di Aceh. Dapat dilihat bahwa kemamapuan daya beli masyarakat Aceh terendah dari seluruh provinsi di Pulau Sumatera yang menyebabkan Aceh menjadi provinsi termiskin di Pulau Sumatera (Asmara, 2021).
Daftar Pustaka :
Arifin, Z. (2009). Analisis Perbandingan Perekonomian pada Empat Koridor di Provinsi Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 77 - 84.
Asmara, C. G. (2021). Kaya Sumber Alam, Mengapa Aceh Jadi DaerahTermiskin? Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20210220152331-4-224864/kaya-sumber-alam-kenapa-aceh-jadi-daerah-termiskin
BPS Aceh . (2020). Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Aceh. Diakses dari aceh.bps.go.id.
BPS Aceh. (2021). Pertumbuhan Ekonomi Aceh Triwulan II - 2021. Diakses dari aceh.bps.go.id.
BPS Sumatera Utara. (2020). Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Utara. Diakses dari sumut.bps.go.id.
BPS Sumatera Utara. (2021). Ekonomi Sumatera Utara Triwulan II-2021 Tumbuh 4,95 Persen (y-on-y). Diakses dari sumut.bps.go.id: https://sumut.bps.go.id/pressrelease/2021/08/05/840/ekonomi-sumatera-utara--triwulan--ii-2021--tumbuh---4-95-persen---y-on-y-.html
BPS Sumatera Utara. (2021). Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II tahun 2021 Provinsi Sumatera Utara. Retrieved from sumut.bps.go.id.
Maratade, & dkk. (2016). Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 328 - 338.
Todaro, & Smith. (2015). Economic Development. Pearson Eductaion, Inc.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H