Sedangkan sahabat-sahabatku kompak manggut rasa ingin tahu.
" Ni, bumbunya di hati, ha ha ha," ketawaku sambil tanganku menebah dada.
" Kayaknya aku ketagihan nih," Puri mulai lagi keinginan anehnya.
" Iya aku juga," Fara ikutan tunjuk jari.
Aku cuma bisa tepuk jidad. Tahu gini aku gak bakal bikin enak tu cilok. Kenapa gak aku bikin keasinan aja atau tanpa rasa gitu. Tapi nasi dah jadi bubur, mau gak mau aku harus memenuhi keinginan manusia-manusia aneh, yah sahabat-sahabatku yang penuh warna.
" Tenang aja kali ini gak gratis kok, kita pasti bayar. Oke!" tepukan Dea meyakinkanku supaya tak rugi.
Akhirnya aku menyetujuinya. Sebenarnya tanpa dibayar pun aku sudah senang. Apalagi ternyata eksperimenku kali ini tidak mengecewakan mereka. Senangnya itu bisa dirasakan dihati. Senang yang luar biasa.
Persahabatan bersama cilok.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H