Mohon tunggu...
Dara Ania
Dara Ania Mohon Tunggu... -

Jiwa penyuka aksara, pengagum keindahan bunga, sebab keduanya melambangkan keromantisan. Gokil...? Bolehlah, sesekali^^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Fiksi Kuliner] Ketagihan

6 Juni 2016   22:17 Diperbarui: 7 Juni 2016   12:28 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dara Ania no.52

Suatu ketika di tengah obrolan bersama sahabat-sahabat ember, yang selalu dengan beraneka banyolan dan sepertinya tak pernah habis oleh waktu kecuali bayolan itu akan berhenti ketika kita tak berkumpul, pulang kerumah masing-masing, dan tidur.

" An, gantian dong kamu minggu depan yang bikin eksperimen kuliner," celetuk Fara tanpa sungkan.

" Emang kalian pengen aku bikin apa?" jawabku sambil minta persetujuan mereka.

" Ya apa kek, yang penting bisa dimakan, bisa bikin kenyang perut," timpal Puri seperti tak punya beban.

Akhirnya aku punya ide untuk bikin cilok atau pentol. Cuma cilok bikinanku ini aku tambahkan bahannya. Tidak banyak yang dibutuhkan sih. Bahannya simpel, cukup 3 gelas terigu, 2 gelas tepung tapioka, daun bawang, merica bubuk, penyedap rasa, 8 buah bawang putih, garam secukupnya, dan kali ini aku ingin menambahkan daging sapi sedikit yang sudah dihaluskan. Aku menambahkannya agar rasanya semakin kuat, enak, dan nikmat. Aduk semua bahan menjadi satu. Sampai kalis jangan sampai encer. Jadi ketika menambahkan  air secukupnya saja. Sambil nenunggu air mendidih, kemudian aku membentuknya menjadi bola-bola kecil, lalu masukkan ke dalam air yang telah mendidih tadi. Setelah kira-kira mengapung dan matang segera tiriskan. Dan ini yang terpenting menurut resep ibuku biar matangnya menyerap dan menyeluruh, setelah ditiriskan, tuang cilok ke baskom yang berisi air dingin tapi yang sudah matang. Tunggu beberapa menit lalu tiriskan lagi.

Liburan tiba. Ternyata sahabat-sahabat gokilku sudah menunggu di tempat kita biasa membuat janji untuk menghabiskan libur bersama. Langsung saja mereka semua menyambar tas bawaanku yang berisi cilok plus saus botolnya. Sedangkan aku hanya menunggu reaksi dari mereka. Menunggu berbagai protes, ejekan, atau mungkin olokan. Kurang ginilah, kurang gitulah, itulah kebiasaan sahabat-sahabatku. Padahal tinggal makan doang. 

" Gimana nona-nona manis, kurang apa? " tanyaku dengan melirik sebagian cilok yang tersisa.

" Hemmmmmmmm, sumpeh enak banget, pas rasanya." puji Aya. 

" Tumben enak banget bikinan kamu, bumbunya apa nihhh." tambah Sela ikut-tan komentar.

" Kalian mau tahu bumbunya apa?" seruku membuat mereka penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun