Mohon tunggu...
Dara Citra Ramadhanti
Dara Citra Ramadhanti Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Airlangga

Mahasiswi Prodi Biologi Fakultas Sains dan Tenologi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Potensi Daging Buatan sebagai Sumber Pangan di Masa Depan

7 Juli 2022   19:38 Diperbarui: 7 Juli 2022   19:40 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pada Juni 2022 menurut dashboard populasi dunia PBB, populasi manusia hampir mencapai 8 miliar. Diperkirakan angka ini akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Hal ini tentunya meningkatkan angka kebutuhan manusia baik sandang, pangan, maupun papan. Di bidang pangan, diperkirakan dalam satu dekade mendatang permintaan daging global akan meningkat dua kali lipat. Fenomena ini mendatangkan ide bagi ilmuwan dunia untuk membuat daging buatan. Daging buatan ini sudah dikembangkan kurang lebih 10 tahun terakhir, tetapi baru beberapa negara yang memberikan izin untuk konsumsinya sehingga penggunaan daging buatan ini belum marak di masyarakat.

Daging buatan sendiri memiliki beberapa jenis, diantaranya yaitu daging alternatif yang berasal dari sumber protein tanaman tanpa menggunakan hormon, antibiotik, dan rekayasa genetik. Selain itu juga ada daging substitusi yang berasal dari kultur sel dan jaringan. Proses pembuatan daging substitusi menggunakan sel induk/ sel otot dari hewan kemudian dibubuhi dengan senyawa yang dapat membantu perkembangbiakan sel lebih cepat. Hasilnya akan tumbuh serat yang menyerupai daging.

Jika dibandingkan dengan daging tradisional, daging buatan memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya yaitu lebih aman dan bersih karena dikerjakan di laboratorium yang higienis. Selain itu daging buatan juga mencegah penularan penyakit dari hewan, contohnya dari bakteri E. Coli yang hidup di usus hewan dan menyebar melalui kotoran hewan. Kemudian juga terdapat kemungkinan daging mengalami kontaminasi pada saat penyembelihan.

Selain ramah lingkungan, daging buatan juga dapat mengurangi risiko penyakit yang ditimbulkan dari daging tradisional seperti darah tinggi, kolestrol, stroke, dan jantung koroner. Hal ini dikarenakan daging buatan dapat didesain sesuai kebutuhan. Daging buatan lebih sehat karena dapat diatur kandungan nutriennya, juga kandungan kolestrol dan lemak jenuh yang tidak baik dapat dihilangkan. Tidak hanya itu, daging buatan juga dapat dimodifikasi untuk dapat dikonsumsi oleh orang yang memiliki alergi terhadap asam amino atau protein tertentu yang terdapat dalam daging tradisional.

Daging buatan dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan memelihara hewan ternak yang sebenarnya. Tentunya diperlukan lahan peternakan yang sangat luas dan pakan ternak yang tidak sedikit untuk dapat menyuplai kebutuhan daging 8 miliar orang. Selain itu, peternakan konvensional juga menggunakan banyak energi dan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan daging konsumsi. Oleh karena itu, daging buatan yang lebih cepat siap dan ramah lingkungan memiliki peluang besar sebagai daging konsumsi.

Meskipun memiliki peluang yang baik, namun tantangan tetaplah ada. Daging buatan yang merupakan hal baru tentunya tidak langsung diterima di masyarakat. Seperti layaknya teknologi-teknologi lain, daging buatan juga membutuhkan penyesuaian. Selain itu proses produksi daging buatan ini tidaklah murah, namun jika nanti produksi daging buatan secara massal dapat dilakukan, para ilmuwan yakin hal ini akan dapat menekan biaya produksi sehingga mencapai harga jual yang wajar.

Kendala besar yang mungkin akan dihadapi yaitu berkaitan dengan kehalalan daging buatan. Menurut saya pribadi, asalkan daging buatan tersebut berasal dari sel yang diambil dari hewan yang disembelih sesuai aturan islam, dan dalam pembuatannya tidak mengandung darah atau zat lain yang diharamkan, maka daging buatan dapat dianggap halal. Untuk sel yang diambil dari hewan yang masih hidup, para ulama masih memperdebatkan hal tersebut. Selain itu mungkin akan ada banyak orang yang ragu untuk mencoba daging buatan sehingga memilih untuk menunggu terlebih dahulu dan melihat dampak apa yang akan ditimbulkan oleh daging buatan ini, apakah akan berdampak baik ataukah sebaliknya malah membawa dampak buruk.

Keamanan produk adalah prioritas yang utama. Standar kebersihan laboratorium, bahan yang digunakan, dan juga gizi yang terkandung dalam daging buatan merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Maka dari itu, dibutuhkan undang-undang yang mengatur dengan jelas tentang pembuatan daging buatan ini. Nantinya di masa depan, daging buatan akan dapat dikonsumsi masyarakat luas, tetapi keberadaan daging tradisional tetap tidak bisa digantikan. Meskipun begitu, seiring berjalannya waktu daging buatan akan dapat beradaptasi dan keduanya tetap sama-sama populer dan dibutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun