Mohon tunggu...
Lyfe

Pemuda dan Literasi

22 Januari 2018   10:46 Diperbarui: 22 Januari 2018   11:10 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka jenis ini biasanya adalah orang-orang yang gampang kagum dengan hasil yang orang lain peroleh tanpa ingin memahami proses yang di lalui oleh orang tersebut dan mereka adalah orang-orang yang senang disuguhkan kepadanya makanan enak, dihidangkan ke hadapannya, disuapkan ke mulutnya bahkan mereka akan sangat senang jika kita sudi membantu mengunyahkan untuknya, sehingga ia hanya tinggal menelan dan mengeluarkannya menjadi kotoran yang hina.

Berbicara persoalan yang meliputi pemuda sebenarnya sangatlah kompleks. Sehingga dibutuhkan kerja keras dari berbagai pihak seperti melakukan diskusi-diskusi yang dapat menggugah dan membakar gelora pemuda untuk bangun dari tidur dan sadar dari kelarutan yang semu itu perlu terus digulirkan. 

Sampai mereka sendiri bosan dengan itu dan segera membaca buku untuk dijadikan hobi baru menggantikan game online, update status yang kurang penting di medsos dan dan suka baper (terbawa perasaan) karena intens mengikuti perkembangan aktivitas keseharian para artis di instagram.

Cara lain adalah dengan mempraktikan kegiatan membaca yang unik oleh setiap komunitas pemuda maupun lembaga-lembaga swasta dan negeri di pemerintahan. Dan kegiatan itu tidak akan berhasil tanpa persediaan bahan bacaan yang memadai dan bervariasi. Nah, toko-toko buku dan siapapun yang memiliki buku yang banyak bisa ikut membagikan buku-buku kepada masyarakat (komunitas) dengan Cuma-Cuma alias sedekah. 

Maka keterlibatan semua pihak dalam menumbuhkan budaya baca di negeri kita sangatlah ditunggu-tunggu. Mulailah dari itu, yaitu membaca. Hal kecil yang kita anggap membosankan ini adalah senjata melawan kebodohan, kemiskinan, pemimpin yang zalim, dan pengaruh buruk zaman globalisasi ini. 

Dan yang terpenting adalah ketika kita mampu berperang dengan diri kita sendiri melawan salah satu sisi buruk diri kita, maka dengan mudah kita dapat berkontribusi dalam kecanggihan zaman hari ini. 

Karena membaca dan menulis merupakan dua kata kunci dalam hidup. Dan hidup adalah sepenuhnya tentang "tes" dan belajar adalah kuncinya. Manusia seharusnya mau belajar. 

Dari mulai kita bangun tidur sampai tertidur kembali adalah proses belajar. Iqra! Adalah perintah pertama dari Allah dan hukumnya WAJIB. Lalu mengapa kita seolah menjadikannya nomor sepuluh. Bukankan antara menunaikan shalat dan membaca sama wajibnya? Begitulah salah seorang tokoh literasi menyebutkan dalam bukunya yang berjudul The Rise Of Literacy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun