Dimulai dari packaging. Yaaps.. dari packaging bukan dari penentuan Price, cara Promotion, Penetapan segmentasi Place, ataupun Product. Kenapa bukan 4P? karna sosial media sudah berubah perilaku kita. Oh ya disini saya memisahkan Product dengan Packaging karena..
Yang namanya kuliner dulu konsumen terbiasa dengan harus cicip dulu baru beli sekarang semua berubah tidak perlu lagi high contact meskipun memang ada sebagian yang masih konvensional tapi kan itu seleksi alam.. hiihi Nah, berikut analisa sekaligus bagaimana evolusi pesona packaging membantu pemasaran di media sosial
1. Liputan Kuliner
Kalau dulu kita sudah di doktrin “Yang namanya jual-beli makanan ya harus dipegang dulu, harus dicicip dulu baru bisa terjadi transaksi” Lewat berbagai acara jalan jalan kuliner yang maknyuss secara perlahan tapi pasti ‘kemanjaan lidah’ kita dapat tergantikan cukup dengan nikmatnya sajian mata dan pendengaran
2. Food Photography
Belakangan popular karna era mobile photography kita jadi bebas jepret setiap inchi dari tekstur tekstur yang terhidang bahkan langsung bisa dipamerkan di social media. Pengguna yang awalnya asal jepret perlahan semakin berpengalaman dan semakin menghargai karya kreatif termasuk bagaimana proses platting, dan diakhiri dengan bagaimana membuat mata pembaca jadi ‘nyecess’ terlena dengan hasil jepretan bidik kamera. Ingat ngak dicicip lho… cuman via majalah atau layar monitor
3. Kuliner Goes Online – Belajar Dari RendangMia.com
Nah, ini yang jadi menarik khususnya dibulan puasa kemarin. Berbagai makanan yang dijual via media sosial mulai dari twitter, facebook hingga yang paling professional dengan brand domain sendiri alias website self hosting. Beberapa pedagang kuliner yang saya jelajahi ternyata sukses sold out alias kewalahan menghadapi pesanan hingga terpaksa menutup pesanan baru. Tapi sayangnya ngak semua begitu, sebagian lagi masih harus ‘memantaskan diri’ sebagiannya lagi sudah bisa memetik hasil seperti misalnya sobatNgemil (menjual makanan ringan) , dan RendangMia.com – saat saya hubungi mereka hanya menjual Rendang Daging saja, sementara Paru, Dendeng, Lidah , dan Ayam masih prototype.
Packaging yang memukau dan yang…
Saya tidak akan membahas soal design karna itu berarti soal taste, tapi hanya analisanya saja. Dari banyak produk kuliner setidaknya ada 2 alasan kenapa konsumen rela dan percaya untuk membeli, padahal pemasarannya via sosial media.
1. …dan yang sudah terbiasa, seperti sobatngemil yang produknya bisa dikatakan produk nostalgia, bikin kita kita yang dulu sempat makan chiki, wafer superman jadi kangen. Ngak perlu itung itungan investasi langsung call….
2.Packging yang Memukau, setidaknya hanya beberapa produsen kuliner dengan harga deluxe yang memang menggarap kemasannya se-luar biasa mungkin. Yang senior ada rending uni farah untuk rendang ini terobosan yang keren ituh adalah konsep Jar sehingga rendang padang bisa dikemas sebagai hadiah oleh oleh.
Berikutnya adalah RendangMia.com, secara harga RendangMia.com mematok harga tinggi dibanding produsen homemade rendang lainnya. Dengan harga 280 ribu untuk 1Kg , Yang tertinggi adalah William Wongso menggunakan Rendang Daging Wagyu yang berkisar di harga Rp 500.000/kg @William Wongso
Best Product Advertised by it self, boleh jadi keyakinan ala steve jobs ini yang membuat RendangMia.com mampu terus berproduksi meskipun hanya mengandalkan sosial media. Jadi meskipun secara kemasan sudah elegan bukan berarti dalamnya diabaikan.
Kesimpulannya untuk sebuah produk kuliner (khususnya home made dan tidak memiliki tempat jual secara fisik) plus berharga mahal dibutuhkan kemampuan untuk memikat konsumen secara emosi (diwakili kepuasan memandang) serta taste yang juga bisa dinikmati Nah, kalau sudah begitu siap siap saja Anda kewalahan order…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H