Ikut ikutan seru di event penghujung tahun kompasiana, tidak berharap menang yang penting berpartisipasi dalam memeriahkan. Kali ini disuruh menceritakan tentang suasana hari raya natal, padahal jujur di lingkunganku paling cuma satu dua yang merayakan nya, itu pun jauh dari rumahku.
Tak putus asa, walau di sekeliling daerahku tak ada yang merayakannya, tapi aku masih punya pengalaman cerita di hari raya umat kristen ini. Itu dulu, kurang lebih enam tahun yang lalu, waktu ibu masih kerja di kota tempat aku tinggal. Aku permah ikut ibu mengunjungi teman kerjanya yang kebetulan merayakan hari raya natal. Waktu itu aku masih di bangku Sekolah Dasar, jadi tahu lah bagaimana reaksi anak anak, aku yang memang selalu ingin tahu sudah dari sehari sebelum rencana gencar sekali bertanya tanya pada ibu.
Hari natal itu seperti apa ? Apa benar seperti di film akan dapat hadiah ? Lalu apa benar sinterklas yang berjanggut dan mengenakan kostum merah akan hadir juga ? Dan satu lagi, pohon natal seperti yang di televisi, apa benar berhias lampu warna warni ?
Hee, jadi geli kalo inget waktu itu. Sampai baju pun sudah aku persiapkan, seperti mau menghadiri acara istimewa, eh bukan sama halnya seperti hari raya ku saja. Jadi berfikir, bagaimana mereka yang memang beragama kristen, pasti lebih seru dan gembira. Berarti sama saja dong, seperti kami saat menyambut hari raya fitri.
Teng, waktu yang ditunggu tiba, pagi sekali aku sudah bangun, mandi dan memakai busana yang sudah kusiapkan. Modis abis, sesuai dandanan anak anak. Waktu itu aku belum berhijab, jadi rambut minta di kepang trendi sama ibu.
Sudah siap, berangkaat.! Sebelumnya aku ikut ibu kerja dulu, karena hari itu dapat jadwal piket hari raya. Selama menunggu waktu, sedikit jenuh saat itu. Dan akhirnya ibu selesai juga, karena memang cuma setengah hari. Setelah selesai barulah kami menuju rumah teman ibu. Ramai bersama teman ibu lainnya, waktu itu ibu juga membonveng teman kerja nya yang piket bersama hari itu. Jujur waktu itu aku deg degan sekali, karena di fikiranku hari natal yang aku ingat di televisi. Kue coklat, permen loli, hiasan rumah seperti acara ultah, satu lagi yang buat aku penasaran, sinterklas dengan janggut putihnya. Yaaa, bapak bapak tua itu saja yang ingin ku lihat, katanya dia bawa karung berisi kado menarik untuk di bagi bagi, baik sekali bukan.
Saat sampai, rumah teman ibu sederhana, suasana diluar biasa biasa saja, sama seperti bertamu hari raya kami. Waktu masuk baru lah aku sedikit agak terbelalak, karena benar pohon natal itu ada lampu warna warni, dengan hiasan lain yang bagi anak anak seperti aku menyenangkan sekali. Sama lah seperti di televisi. Mata ku meneliti sekitar ada yang aku cari, yang benar benar buat aku penasaran, mana bapak berjanggut putih dengan kostum merah, yang perutnya gendut dan suka tertawa, yang bawa karung sambil membagi bagi hadiah? Kok tidak ada ya?
Suguhan keluar, karena kami tinggal di Palembang, jadi makanan khas kami semua ada di hidangan. Pempek lenjer, kriting, isi telur, isi kates, pempek adaan, tekwan juga ada. Kue kue pun juga tersedia. Puding buah, bolu coklat, masih banyak lagi makanan lainnya. Eh, permen loli beneran ada lho, di hias pita dan ada, hee bendera duit yang beragam nominalnya, sama kayak kalau acara marhaban anak bayi. Tapi, permen itu agak jauh dari meja kami, sepertinya khusus jadi untuk dibagi tidak umtuk ambil sendiri.
Benar sekali, saat kami lagi menikmati sajian, tiba tiba teman ibu si tuan rumah menyodorkan permen loli, waduh aku dapat bendera lima puluh ribu, senang sekali. Karena kebetulan cuma ada aku dan satu lagi teman ibu yang bawa anak kecil. Jadi ingat hari raya idul fitri, banyak dapat duit dari saudara dan tetangga sana sini. Berarti sama saja di setiap hari raya. Walau berbeda agama dan nama hari raya, tapi cara merayakannya mungkin tak jauh beda, hanya saja cara ibadah nya saja yang lain. Kalau perayaannya sama lah, makan makan, silahturahmi bermaaf maafan, ngobrol asik, kumpul dengan keluarga, tetangga, rekan kerja. Hidangan pun sama kue kue, minuman soda dan lainnya.Â
Sama sama menggembirakan. Untuk yang kehidupannya lebih berkecukupan sajiannya juga lebih luar biasa, untuk yang sederhana ya di sesuaikan. Sama juga seperti hari raya kami. Yang terpenting saling silahturahmi.
Well, itu lah pengalaman yang aku tahu, karena itu kali pertama dan sampai saat ini aku belum pernah lagi berkunjung ke hari raya umat lain .Â
I think that's all. Thanks for your attention, he he he.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H