Mohon tunggu...
Dara alityaraudath
Dara alityaraudath Mohon Tunggu... Perawat - Hanya gadis belia yang sederhana, yang menyukai ruang kosong, buku dan pena.

Bagiku, menulis itu adalah imajinasi, saat imajinasi ku bermain maka tumpah lah semua menjadi tinta yang bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia Bersama Roti Maryam ala Ibu

22 Desember 2020   00:10 Diperbarui: 22 Desember 2020   00:11 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejenak ibu merogoh kantong, cuma ada tiga ribu rupiah, wajah ibu terlihat sedikit bingung, tak ada beras apa yang cocok untuk teman oseng tempe dengan uang tiga ribu. Puja saudara sepupu kami saat itu juga merasakan kebingungan ibu. "Puja ada uang dua ribu bu, kita beli terigu saja lalu di masak lempeng terigu, kan sama seperti roti maryam." kata puja nyengir. 

"Ide bagus, hari ini kita makan menu timur tengah di kolaborasi dengan masakan indonesia, roti maryam oseng jawa." seru ku mengangkat alis berkali kali sambil tersenyum. 

Rehan mendekati ibu, "sini buk, biar aang yang ke warung beli terigu." sambil menowel pipi ibu aang meraih uang tiga ribu ditangan ibu dan menyambut uang dua ribu di tangan puja. "Berangkaaaattt.!!" seru rehan kocak meniru pemeran sinetron tukang ojek, serentak kami semua tertawa melihat ulahnya.

Usai rehan pulang dari warung ibu mulai mengolah makanan kami, tak ketinggalan kami anak anaknya dan puja membantu, di tengah kegiatan kami mendapatkan keseruan, kebahagiaan walau sebetulnya posisi kami dalam kesempitan. Tak hentinya rehan membuat ulah menghidupkan suasana yang membuat kami tertawa kelucuan apalagi dibaur dengan kekonyolan kakak kedua ku, nadinda, semua kesenangan hari ini membuat kami lupa kesedihan sebelumnya.

"Sini nak kumpul, masakan sudah siap." seru ibu meletakkan sepiring lempeng terigu yang boleh dikatakan mirip roti maryam. Disebelah nya lagi ada sepiring oseng tempe yang terlihat menggugah selera. Hmm..mantap!

Tapi, kenapa cuma ada satu piring yang ibu sediakan. Aku beranjak bangun. "Sebentar bu, alit ambil piring lainnya dulu." ucapku berpikir ibu terlalu letih untuk menyiapkan nya. "Tidak usah alit, sini duduk biar ibu di tengah tengah kalian." jawab ibu meraih tanganku.

"Hari ini hari istimewa, menu kita pun istimewa, jadi ibu ingin menyuapi kalian semua biar suasana tambah istimewa." kata ibu mengambil piring mengisinya dengan 'roti maryam' ala ibu dan oseng tempe. Tangan ibu mulai menyuapi kami, mulai dari yang terkecil, bergiliran.

Satu, dua, tiga, empat,, satu putaran. Saat putaran kedua, rehan, aku, kak puja...heeyy, kenapa dia?

"Lhooo, kok nangis?" kata ibu melihat puja tersedu meneteskan airmata. "Maaf nak ya, ibu cuma bisa menyajikan hidangan ini, pasti tidak enak ya?" kata ibu pada kami.

"Bukan buk, puja nangis karena baru kali ini puja makan di suapi, mama tidak pernah menyuapi puja seperti ini." jawab puja cepat seraya menyeka airmata nya. "Terus waktu mbak puja bayi disuapi siapa coba, kan tidak mungkin makan sendiri." jawab rehan lagi lagi buat tertawa. "Iihh, aang ini, maksudnya pas sudah SD sampe sekarang, sebenernya mau banget seperti ini." jawab puja menepak bahu rehan.

"Ya sudah, jadikan hari ini hari yang menggembirakan, ingat satu hal, selalu saling berbagi, walau salah seorang diantara kita dalam kesusahan cobalah selalu untuk berbagi kebahagiaan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun