Konflik bermula dimana pemerintah ingin membuka lahan penambangan andesit di desaWadas yang mana tanah Wadas akan digali material batunya untuk pembangunan Bendungan
Bener proyek bendungan ini akan mengakuisisi 114 hektar atau 617 bidang tanah di Desa
Wadas untuk tambang batuan andesit sesuai dengan penetapan lokasi.
Namun dari keseluruhan lahan itu tidak semua untuk ditambang melainkan hanya 60 hektarsaja, sisanya digunakan untuk daerah penghijauan. Akan tetapi warga menolak kebijakan tersebut dengan alasan penambangan akan berdampak pada kerusakan lingkungan Sehingga berpotensi menimbulkan tanah longsor dan kekeringan.
Bagaimana tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan proses penambangan tersebut menggunakan metode blasting atau bahan peledak
Dimana mayoritas masyarakat Wadas bekerja sebagai petani, yang mana lahan pertanian tersebut merupakan sumber utama penghasilan masyarakat Wadas. Apabila lahan mereka diambil dari mana mereka akan mendapatkan penghasilan dan akibat adanya metode blasting otomatis dapat merusak sumber mata air yang mengairi lahan pertanian masyarakat setempat.
Dan Bagaimana tidak masyarakat menolak karena dampak yang diakibatkan dapat mematikan mata pencarian mereka.
Meskipun pembangunan bendungan Bener ini berskala besar dan bertujuan untuk menyediakan air, mendukung ketahanan pangan serta dapat dikembangkan destinasi wisata air nantinya, namun sangat disayangkan dampak yang diakibatkan oleh penambangan ini mempengaruhi perekonomian masyarakat setempat pasal nya Proses pembangunan Bendungan Bener berjalan sudah cukup lama, yakni sejak 2013 dan di targetkan baru siap pada 2023 mendatang.
selama itu apa yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi dampak ekonomi yang diakibatkan oleh penambangan ini?
Dan katanya pemerintah akan melakukan penimbunan tanah kembali setelah penambangan selesai serta mengganti semua kerugian yang dialami. Seharusnya pemerintah tidak hanya memikirkan sebatas ganti rugi saja atas pembebasan lahan, namun menjamin keberlanjutan sumber penghidupan masyarakat nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H