Mohon tunggu...
Dara Anggarani S
Dara Anggarani S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi UPNVYK

Hi!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Fenomena "Ghosting" di Kalangan Anak Muda

8 Juli 2021   12:10 Diperbarui: 8 Juli 2021   13:38 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam situasi pandemi dan angka kematian kasus positif corona yang semakin tinggi sehingga mengharuskan kita untuk tetap berada di rumah saja, berbagai cara dilakukan untuk mengurangi rasa bosan. Salah satunya dengan bermain online dating apps atau aplikasi kencan online. 

Mencari jodoh menjadi semakin mudah seiring perkembangan dunia teknologi. Hadirnya aplikasi kencan online yang dengan mudah didapatkan hanya dengan bermodalkan gadget atau gawai didukung dengan adanya fitur yang mudah dan lengkap. Aplikasi kencan online seolah menjadi penyelamat dan sarana bagi mereka yang masih jomblo dan mungkin merasa sulit untuk mencari pasangan. 

Pengguna bisa menemukan berbagai macam orang hanya untuk sekedar teman chatting, kencan, bahkan ke jenjang yang lebih serius. Maraknya aplikasi kencan online di Indonesia berawal pada sekitaran bulan April 2020 pada awal adanya pandemi. Tinder, Tantan, Bumble adalah beberapa contoh aplikasi yang paling familiar. Penggunanya beragam, berbagai kalangan usia dari orang dewasa hingga  anak remaja.

Anak muda jaman sekarang, selalu menjadi pembahasan yang menarik. Berbicara mengenai anak muda, identik dengan kisah percintaan atau asmaranya. Banyak dari mereka yang menjalani hubungan romantis, namun tidak sedikit juga yang mengalami patah hati, entah karena diputus kekasihnya maupun 'dighosting'. Istilah ghosting tidak lagi asing didengar. Fenomena ghosting merupakan istilah etimologis linguistik yang mulai dipublikasikan oleh Urban Dictionary sejak tahun 2006.

Hadirnya kemajuan teknologi yang telah mengubah cara orang berinteraksi menjadikan seseorang lebih mudah untuk menghilang tanpa kabar. Era media sosial membuat komunikasi semakin mudah karena kita tidak harus interaksi tatap muka secara langsung. Namun, di satu sisi memutuskan komunikasi juga semakin tampak nyata.

Mengutip Live Science, ghosting berarti memutuskan semua komunikasi tanpa memberikan penjelasan. Ghosting dapat terjadi pada siapa saja, baik pria atau wanita, dan dapat terjadi dalam berbagai macam hubungan.

Fenomena ini dapat dialami oleh siapapun, maka dari itu dalam menjalin hubungan pertemanan atau percintaan dengan seseorang hendaknya lebih selektif dan hati-hati. Seseorang bisa melakukan ghosting karena kemauannya sendiri atau merasa tidak cocok dengan pasangnnya. Selain berhati-hati, seseorang juga harus bisa membawa diri dengan baik agar tidak menjadi korban ghosting.

Ghosting sendiri masuk dalam kategori teknik penghindaran atau yang disebut sebagai avoidance. Dalam dunia ilmu komunikasi, teknik penghindaran dalam ghosting ini sudah cukup dikenal. Teknik avoidance, adalah cara untuk untuk memutuskan hubungan, interaksi dan komunikasi dengan menghindari orang yang dituju.

Berbicara mengenai ghosting, tentu tidak terjadi begitu saja, seseorang yang melakukannya pasti memiliki alasan mengapa ia sampai tega menghilang tanpa memberikan penjelasan yang valid. Tentu ada banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun eksternal, antara lain karena tidak memiliki kemampuan atau keberanian untuk berbicara jujur, hobi melarikan diri dari suatu masalah, merasa tidak memiliki komitmen, merasa bosan, atau karena telah menemukan orang lain yang mungkin dianggap lebih baik.  

Setiap individu memiliki berbagai macam respon dalam menyikapi fenomena ghosting. Peristiwa ghosting sangat berdampak pada korban dimana dapat memberikan sebuah konsekuensi perasaan longing atau pengharapan yang tidak jelas. Korban juga bisa menjadi bingung, rindu, tetapi dalam waktu yang bersamaan juga merasa kecewa, marah, dan kesal. Selain itu, timbul juga dampak ketidakberdayaan dari korban karena merasa diperlakukan tidak adil dan penuh ambiguitas.

Banyak korban bertanya-tanya mengapa mereka dighosting, hal ini kadang membuat korban menyalahkan diri sendiri. Efek ghosting dapat membuat korban mengalami trust issue atau commitment issue dimana dalam beberapa kasus, si korban bisa mengalami trauma untuk membuka hati dan menjalin hubungan baru. Sejauh ini cara yang dinilai tepat dalam menyikapi ghosting adalah dengan accepting atau menerima apa yang memang sudah terjadi dan membangun benteng pertahanan diri dan beradaptasi dengan mencari stabilitas dari gangguan ketidakpastian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun