Korban sudah berjatuhan. Mulai dari masa pengunjuk rasa, sampai jurnalis yang bertugas untuk meliput di lokasi kejadian. Ada banyak hal yang harus diklarifikasi, diantaranya mobil ambulance berlogo partai Gerindra berisi batu, peluru tajam yang ditemukan, pengerahan masa bayaran, SOP dari pihak aparat dalam menangani kerusuhan, beberapa media sosial yang di blokir, sampai jatuhnya korban unjuk rasa sampai siapa yang menunggangi aksi damai unjuk rasa tersebut!
Munculnya mobil ambulance dengan logo partai Gerindra berisi, yang didatangkan dari Tasikmalaya masih belum terungkap siapa dalang dibaliknya. Supir ambulance mengaku mendapat tugas dari Pemimpin Partai. Maka pertanyaan yang muncul adalah siapa yang memerintah? Pimpinan partai di daerah? atau mereka juga mendapatkan order dari pimpinan partai di tingkat nasional? Atau justru ada oknum partai yang mencoba menruntuhkan partai Gerindra dari dalam sebagai musuh dalam selimut. Pertanyaan berikutnya pasti menuju muatan dari ambulance tersebut, yakni batu. Dari mana dibawa? Ataukah memang seketika mendapat perintah, ambulance sudah terisi batu, atau justru ambulance mengambil batu sewaktu dalam perjalanan! Dan masih banyak lagi hal-hal yang harus dikulik dari adanya mobil ambulance berlogo partai Gerindra ini.
Polisi yang bertugas pada waktu pengamanan aksi damai 21-22 Mei hanya dibekali armor baju, tameng, gas air mata, dan peluru karet. Namun nyatanya, ditemukan peluru tajam terbang bebas diantara pengujuk rasa. Peluru tajam telah merenggut nyawa warga negara Indonesia yang disinyalir sebagai perusuh. Kerusuhan menyebar menuju ke Tanah Abang dan Slipi. Warga dihimbau tidak keluar rumah, namun penanganan terhadap perusuh nampak begitu berlebihan, bahkan jurnalis yang bertugas meliput pun ikut menjadi korban.Â
Betapa tidak berlebihan? Begitu banyak video viral beredar di berbagai jejaring media daring. Mempertontonkan perusuh yang dihakimi petugas Brimob. Apakah hal tersebut sesuai dengan SOP? Apakah kemudian menjadi salah pihak aparat jika hal itu terjadi? Tidak adakah salah yang dilakukan oleh pengunjuk rasa dengan melempari petugas aparat dengan botol dan molotov? Atau semua ini permainan yang menuju satu kata "OKNUM" agar semua terlepas dari kesalahannya? Â Apakah penaganan penyebaran berita ini sudah sesuai standard dengan memblokir beberapa media sosial seperti yang telah disampaikan oleh Mentri Kominfo? Namun buktinya, justru VPN menjadi solusi yang diambil oleh masyarakat luas agar tetap dapat mengakses media sosial seperti biasanya, dan dapat kembali mengases situs-situs yang telah diblokir oleh kominfo seblumnya.Â
Ada temuan, bahwa dari pelbagai provokator/perusuh yang berhasil diamankan oleh petugas diantaranya adalah preman, pembawa senjata api, dan kelompok ideologis ekstrim yang berniat jihad dengan melawan petugas. Disinyalir pula, ada kelompok yang masuk dan terafiliasi dengan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Evaluasi besar untuk pemerintah sebagai penyelenggara negara, jangan sampai kerusuhan 22 Mei 1998, kembali terulang. Lantas siapa yang diuntungkan? Adalah pihak yang menginginkan Indonesia tercerai berai bagai buih di lautan.Â
Mari kita instropeksi diri, sudahkah yang kita lakukan benar? Kami warga negara Indonesia percaya, bahwa pemerintah dapat menjaga keamanan dan kenyamanan dalam berdemokrasi. Dan kami percaya pemerintah dapat mengusut tuntas, dalang dibalik kerusuhan aksi 21-22 Mei ini. Karna mengusut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kami masih menanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H