Sekitar 6tahun lalu kejadian ini berlangsung namun sampai sekarang masih terus ada dalam pikiran saya karena dari kejadian ini saya memperoleh suatu pedoman hidup dari seorang abang. Sekitar tahun 2007 saya tinggal ngekos bareng abang di kota Medan dan kala itu saya lagi kuliah di salah satu universitas negerisebelum saya pindah kuliah ke Bandung.
Ketika suatu sore abang pulang kekosan dengan muka agak lemas dan sayapun langsung menanyakan kenapakarena biasanya setiap dia pulang dari kerja tidak pernah dengan muka seperti ini, dan dia menjawab bahwa dia habis ditilang polisi pas lagi pulang karena dia tadi terburu-buru dan menorobos lampu merah. Dan secara reflex saya menanyakan nyogok berapa? Dan dia menjawab bahwa dia tidak ada nyogok. Dan ketika saya bilang “masa sih” dia pun mulai menceritakan kejadiannya “ketika melintasi perampatan lampu merah di sekitar jl. Sisingamangaraja medan sebenarnya dia nekat karena dia melihat tidak ada polisi namun naas pas lagi melintas tiba-tiba langsung ada polisi yang bunyiin pluitnya dan dia bingung entah dari mana dia muncul. Dan ketika mulai diperiksa awalnya abang pengen nyogok namunkarena kedua belah pihak tidak mendapatkan harga yang sesuai dan abang pun langsung mengatakan yaudah pak ditilang aja, namun ada kejadian yang lucu setelah abang bilang ditilang aja di mana pak polisi tidak langsung memberikan surat tilang namun melakukan penawaran sampai-sampai di bawah harga yang ditawarkan abang diawal dan abang tetap bersikukuh untuk ditilang aja.”
Ketika menimpali ceritanya sambil menanyakan alasan mengapamemilih jalur ditilang di mana SIMnya ditahan dan beberapa hari lagi dia harus mengikuti persidangan dan juga tetap harus membayar dendanya, bukannya abang selain rugi waktu tetap rugi uang. Jawaban dia di sinilah yang membuat saya tersadar di mana dia mengatakan bahwa “jika saya menyogok polisi yang makan dan senangkan cuma dia tapi jika saya ditilang secara resmi dendanya itu buat Negara dan itu nantinya buat masyarakatluas juga, dari persidangan itu membuat saya sadar agar lebih tertib berlalu lintas dan seandainya saya nyogok mungkin kelakukan itu akan berulang-ulang kedepannya karena dulu saya nyogok dan itu tidak memberi efek jera kepada saya. Dan yang paling penting bahwa sebenarnya biaya dendanya itu lebih murah daripada biaya nyogok polisi.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H