Mohon tunggu...
syauqi biq
syauqi biq Mohon Tunggu... -

seperti biasa, tidak ada yang istimewa.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Life Style Garpu Makan

5 Juli 2013   16:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:58 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman ini saya dapatkan ketika makan di sebuah warung yang kebetulan menggunakan sendok dan garpu untuk menyuapkan nasi ke mulut. Saya agak merasa risih dan kaku meggunakan sendok dan garpu, barangkali karena saya berasal dari kampung yang membiasakan diri menggunakan tangan sebagai alat untuk menyuapkan nasi ke mulut. Akan tetapi karena takut dikatakan kampungan oleh teman-teman saya, maka dengan sangat ‘terpaksa’ saya menggunakan garpu dan sendok. Waktu itu saya sangat tersiksa sekali, sebab lauk yang kebetulan saya ambil adalah ati tusuk atau sate ati atau apapun namanya saya kurang tau.

Bayangkan untuk melepaskan ati dari tusukannya, tangan saya harus sikat kanan sikat kiri dari saking susahnya. Saya tidak tahu mengapa hanya untuk menghilangkan stigma kampungan dalam diri saya harus berani melakukan hal-hal yang menyiksa diri, meskipun tidak sampai setengah jam saya makan.

Stigma garpu dan sendok di negeri kita sebagai alat modern sebenarnya merupakan hasil konstruksi orang-orang Belanda yang diwariskan kepada kita, yang secara de facto sudah sah di akui sebagai bangsa yang pernah menjajah negeri kita. Dan hal tersebut (baca: sendok dan garpu) sampai saat ini sudah menjadi gaya hidup yang sah digunakan oleh manusia yang “berpredikat” modern.

Lalu dapat dibayangkan bagaimana tanggapan-tanggapan miring kalau seandainya di restoran-restoran besar tidak menggunakan garpu dan sendok, tetapi cuma menggunakan tangan. Barangkali bisa dipastikan restoran-restoran tersebut akan dijauhi oleh langganannya, karena langsung akan mendapatkan cap sebagai restoran kampungan.

Sebenarnya negeri kita tidak hanya terbatas pada garpu dan sendok, tetapi lebih kompleks lagi karena kita tahu meskipun secara de facto negeri kita sudah merdeka secara fisik, akan tetapi life style kita tidak. Kenapa hal tersebut terjadi? Barangkali karena dipengaruhi oleh kebijakan politik kita yang bebas aktif, jadi kebiasaan-kebiasaan bangsa lain dengan mudah masuk ke negeri kita dan menjadi gaya hidup yang sulit dihilangkan meskipun gaya hidup tadi ‘agak’ menyiksa kita, karena tidak biasa kita melakukannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun