Pengalaman ini saya dapatkan ketika makan di sebuah warung yang kebetulan menggunakan sendok dan garpu untuk menyuapkan nasi ke mulut. Saya agak merasa risih dan kaku meggunakan sendok dan garpu, barangkali karena saya berasal dari kampung yang membiasakan diri menggunakan tangan sebagai alat untuk menyuapkan nasi ke mulut. Akan tetapi karena takut dikatakan kampungan oleh teman-teman saya, maka dengan sangat ‘terpaksa’ saya menggunakan garpu dan sendok. Waktu itu saya sangat tersiksa sekali, sebab lauk yang kebetulan saya ambil adalah ati tusuk atau sate ati atau apapun namanya saya kurang tau.
Bayangkan untuk melepaskan ati dari tusukannya, tangan saya harus sikat kanan sikat kiri dari saking susahnya. Saya tidak tahu mengapa hanya untuk menghilangkan stigma kampungan dalam diri saya harus berani melakukan hal-hal yang menyiksa diri, meskipun tidak sampai setengah jam saya makan.
Stigma garpu dan sendok di negeri kita sebagai alat modern sebenarnya merupakan hasil konstruksi orang-orang Belanda yang diwariskan kepada kita, yang secara de facto sudah sah di akui sebagai bangsa yang pernah menjajah negeri kita. Dan hal tersebut (baca: sendok dan garpu) sampai saat ini sudah menjadi gaya hidup yang sah digunakan oleh manusia yang “berpredikat” modern.
Lalu dapat dibayangkan bagaimana tanggapan-tanggapan miring kalau seandainya di restoran-restoran besar tidak menggunakan garpu dan sendok, tetapi cuma menggunakan tangan. Barangkali bisa dipastikan restoran-restoran tersebut akan dijauhi oleh langganannya, karena langsung akan mendapatkan cap sebagai restoran kampungan.
Sebenarnya negeri kita tidak hanya terbatas pada garpu dan sendok, tetapi lebih kompleks lagi karena kita tahu meskipun secara de facto negeri kita sudah merdeka secara fisik, akan tetapi life style kita tidak. Kenapa hal tersebut terjadi? Barangkali karena dipengaruhi oleh kebijakan politik kita yang bebas aktif, jadi kebiasaan-kebiasaan bangsa lain dengan mudah masuk ke negeri kita dan menjadi gaya hidup yang sulit dihilangkan meskipun gaya hidup tadi ‘agak’ menyiksa kita, karena tidak biasa kita melakukannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI