Pikiran yang sehat (agrees with reason) dan hati yang baik (conducive to the good and benefit of one and all), adalah 'agama yang paling benar'.
Sampai suatu saat, pikiran yang benar mampu menyadari keterbatasan dirinya. (Tanpa berpikir / logika yang benar mustahil hal ini tercapai...; manusia akan terjebak pada kemandegan akal-budi). Pelampauan tataran logika normal ini yang disebut supra-rasional. George Bateson menyebutnya eco-logic. Tetap berpijak pada LOGOS, tetapi melampaui fragmentasi dualistik. Mencapai tahap utuh (wholly), maka disebut holy (suci).
Saya menyebut kepercayaan kepada tuhan, termasuk salah satu tahayul itu. Tahayul monotheistik.
Contohnya ini :
Tuhan Maha Pencipta. Tuhan Maha Kuat.
Bisakah Tuhan menciptakan sebuah benda yang sangat besar sehingga Dia tidak kuat mengangkatnya sendiri?
Bila tidak bisa, berarti Dia gugur sebagai Maha Pencipta.
Bila bisa, berarti Dia gugur sebagai Maha Kuat.
Fragmentasi pikiran inilah penghalang / hijab, yang pada lanjutnya membawa fragmentasi dalam kehidupan sosial (tuhanku vs tuhanmu, dsb).
Sebaliknya, dalam tataran ajaran Timur, Yang Absolut itu dinyatakan dalam paradox , seperti misalnya : "Kosong tapi isi, isi tapi kosong".
Tentu saja hal ini tidak mungkin dipahami dengan pikiran fragmented yang biasa-biasa, melainkan harus dilihat dengan suatu logika yang melampaui keterpecahan (bersifat utuh).