Tasawuf, sebagai salah satu cabang ilmu agama Islam yang mendalami dimensi spiritual dan pendekatan pribadi kepada Allah SWT, dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai metodenya. Adalah umum bagi para ahli tasawuf untuk membagi kajiannya menjadi beberapa jenis, dan salah satu kerangka klasifikasi yang umum adalah berdasarkan metodologi yang digunakan.
Salah satu jenis tasawuf yang muncul dari perspektif metodologi adalah tasawuf akhlaki. Fokus utama tasawuf akhlaki adalah pengembangan aspek akhlak dan moral dalam diri seorang Muslim. Tujuannya adalah membentuk pribadi Muslim yang tidak hanya berakhlak mulia tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah SWT. Metode yang digunakan mencakup Takhalli, proses pembebasan diri dari sifat-sifat tercela; Tahalli, proses mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji; dan Tajalli, proses manifestasi sifat-sifat Allah SWT dalam diri manusia.
Selanjutnya, ada tasawuf amali, yang menitikberatkan pada aspek amal saleh dalam menjalani ajaran Islam secara menyeluruh. Metodenya melibatkan pelaksanaan ibadah wajib dan sunah, meninggalkan dosa, serta melakukan kebaikan. Model utamanya adalah Raulullah SAW, dan terdapat berbagai model lainnya seperti Sahabat, Tabi'in, Tabi'it Tabi'in, dan konsep Sifat Al-Salih.
Tasawuf Qur'ani, yang bersumber pada Al-Qur'an baik dari segi ajaran maupun pengalaman, menjadi landasan utama untuk menyusun metode pembelajarannya. Ada empat kunci dalam tasawuf ini, yaitu sumber, tujuan, metode, dan model. Hal ini menunjukkan pentingnya memahami asal usul ilmu tasawuf, tujuan dari penerapannya, metodenya, serta siapa yang menjadi model dalam pengembangannya.
Sementara itu, tasawuf Sunni menekankan pada ajaran dan pengalaman sunnah nabi. Fokusnya tidak hanya pada pengalaman pribadi, tetapi juga mengambil contoh dari sunnah-sunnah yang dilakukan oleh para nabi. Tujuannya adalah menjadikan nabi sebagai teladan dalam berbagai aspek kehidupan, menciptakan sebuah pedoman dalam berinteraksi dengan Allah SWT.
Pembagian tasawuf juga dapat dilakukan berdasarkan ideologi atau filsafatnya. Misalnya, tasawuf fana menyoroti konsep lenyapnya diri dari pandangan diri sendiri untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan. Sebaliknya, tasawuf baqa menekankan pada kekalnya diri dalam Tuhan sambil mempertahankan identitas diri. Dengan demikian, pemahaman terhadap tasawuf tidak hanya melibatkan aspek metodologi, tetapi juga menggali makna dan tujuan yang mendasarinya. Semua pembagian ini secara bersama-sama memberikan gambaran yang lebih lengkap dan mendalam tentang tasawuf sebagai cabang ilmu agama Islam yang kaya dan kompleks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H