Mohon tunggu...
Daniel
Daniel Mohon Tunggu... -

:) semangat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gaya Hidup Orang Muda Metropolitan (Ngopi)

20 Juni 2014   06:14 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:02 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaya hidup orang muda metropolitan

“frapucinoo blended nya satu , less sugar ama less ice ya ? ohya jangan lupa creamnya jangan terlalu banyak ya, mas “ seorang muda dengan tampilan necis berjamkan Gucci atau prada ditangan kanannya, sambil membuka dompet panjang kulit coklat dengan tulisan kecil mont blanc, dengan rentetan kartu kredit disisi dompetnya.

“ semuaenam puluh delapan ribu, kak “ kata barista yang berdiri dibelakang meja kasir itu. “ada tambahan lain, kak ? “

“ enggak itu saja , nanti kalo ada gw panggil lagi ya “ orang muda itu melihat sisi dompet kulit nya, sambil terdiam sebentar memikirkan kartu mana yang akan ia gunakan untuk membayar. Tak lama kemudian dia memberikan kartunya yang bertuliskan platinum card .

Mungkin kejadian seperti itu biasa terlihat dan terjadi dalam kehidupan orang muda jaman sekarang , ya ngafe, ya hangout yang ujung-ujungnya ngafe juga, yang cuci mata yang ujung-ujungnya juga duduk di bar atau apapun yang istilahnya haik klass (high class) .apalagi buat orang muda yang berada di umur 20an atau 30an dengan pekerjaan di perusahaan bonafit atau apapun dengan penghasilan yang diatas rata-rata, atapun yang dengan penghasilan pas-pas an tapi masih menerima dana bantuan moneter dari orang tua atau mungkin dari bantuan bank aka kartu kredit .

Ngafe atau ngumpul bareng akhirnya menjadi seperti kebiasaan yang harus ada paling tidak seminggu sekali paling tidak , datang dengan berpakaian terbaik yang mungkin bermerek ( entah dari uang orang tua, pacar , “pacar” atau dari kredit ) atau bermerek kawe-an (mulai dari kw 2, kw 1 atau kw super ) .

Ngafenya pun tidak boleh disembarangan tempat harus di mall-mall yang ada label elitenya atau setaranya yang pastinya bukan di sevel. Dengan harga sekali sedotan minuman berkisar diatas 50ribu per glass sebelum pajak. Agar tampak lebih sosilita maka tak lupa dengan motto “ the more the merrier “ alias makin banyak makin bagus, blackberry messenger, line , wechat , cacao dan path pun akhirnya kelimpahan kuota kilobyte , karena sms dan telepon sudah menjadi pilihan terakhir dalam mengajak orang berkumpul. Berkumpul pun belum tentu dengan orang yang sudah akrab dengan kita alias baru dikenalkan , ujung-ujungnya suasana agak kaku kalau tidak ada satu orang yang bisa mencairkan suasana.

Fenomena yang sudah sangat biasa dalam kehidupan gaoel orang muda jaman sekarang,ngafe untuk melepas dari kejenuhan kerja setiap hari , penuh beban dan tekanan dari atasan serta rongrongan dari client dan customer dan yang paling utama untuk bersosialiasi dan menegaskan diri bahwa bahwa manusia adalah makhluk social.

Kehidupan masyarakat perkotaan jaman sekarang yang sangat individualistis sehingga mulai mengekanginteraksi sosial antara sesama. Salah satu penyebab maraknya kebiasaan ngumpul bareng seperti ini sembari menunjukkan identitas dirisebagai yang muda, yang (kelihatan) mapan, yang (kelihatan) sukses.

Ingin sekali saya meluruskan kepada kebanyakan orang muda mengenai kebiasaan seperti ini , tanpa ada kepentingan apapun dari saya pribadi, tapi terkadang kita perlu tahu sebenarnya untuk apa kegiatan seperti ini ada, ngopi bersama atau makan bersama adalah kebiasaan dari jaman dulu, dimana sahabat datang dari tempat yang jauh dan sebagai tuan rumah kita mengajak makan untuk bercerita dan melepas rindu, penuh dengan kehangatan dalam setiap percakapan serta tanpa niat buruk secuilpun selain ingin berbagi kasih kepada sahabat tersayang yang sudah lama tak bertemu mukaserta mendengar kabar.

Bukan dimana kita berkumpul yang menentukan kehangatan, tapi dengan siapa kita berada dan dengan ketulusan untuk bersahabat itulah yang menentukkan.

Saya terkadang heran dengan orang muda yang penuh dengan kepura-puraan yang selalu berusaha menyesuaikan dengan lingkungan pergaulannya.

Hei, kamu dengarkanlah kata-kataku ini . jadilah dirimu sendiri dan jangan jadi seperti apa yang orang lain ingin kita berlaku dan selalu ingat darimana kita berasal dan bagaimana kita dididik. Tetapi jika kamu masih bingung dengan perkataanku ini saya akan katakan dengan kata lain bergayalah sesuai dengan pendapatan yang kamu hasilkan.

--------------

tambahan  ;

alasan penulisan ini, karena penulis sering menemui orang seperti itu dalam pergaulannya . dan penulis merasa penting agar setiap orang muda mengerti makna dari bergaul dan berkumpul yang sebenarnya. bukan hanya sebagai gaya hidup sebagai ajang pamer. :)

penulis masih belajar dalam menulis di kompasiana, kritik dan saran akan sangat membantu ;0

salam semua :)

nitip tulisan sendiri :

tongsis

http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2014/06/18/tongsis-vs-cara-bahela-667525.html

pencitraan prabowo

http://politik.kompasiana.com/2014/06/18/pencitraan-ala-prabowo-667531.html

bangkitnya dinasti buble

http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2014/06/20/bangkitnya-dinasti-buble-dan-runtuhnya-dinasti-yogurt-668077.html

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun