Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Danu Supriyati menerbitkan buku solo novelet Pesona Fisika, novelet Gus Ghufron, Pantun Slenco, Dongeng Semua Tentang Didu, dan Kumpulan puisi Paras Negeri dalam Puisiku. Di samping itu, karyanya tergabung dalam puluhan antologi cerpen serta puisi lainnya. Saat ini, dia aktif menulis di berbagai platform online. Baca karya-karyanya melalui https://linktr.ee/danusupriyati07.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengendara Motor Belum Cukup Umur di Antara Kebijakan, Kebutuhan dan Kebanggaan

5 November 2022   12:20 Diperbarui: 5 November 2022   12:27 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengendara Motor Belum Cukup Umur Di Antara Kebijakan, Kebutuhan Dan Kebanggaan

Fenomena pengendara motor belum cukup umur seolah sudah menjadi hal yang umum. Banyak dijumpai anak-anak kecil berseliweran dengan motornya. Belum ada kekhawatiran tentang resiko mengendarai motor di jalan raya. Bahkan sering dijumpai saling kebut, saling balap sesama teman.


Miris. Undang-undang lalu lintas yang hanya dipandang sebelah mata, diabaikan lalu dilanggar tanpa rasa bersalah. Kebijakan orang tua menjadi kunci bagi sang anak yang belum cukup umur berani memakai motor di jalan umum. Rerata orang tua berdalih karena kebutuhan sehingga anak-anak diizinkan untuk belajar motor. Jika sudah seperti ini, peraturan lalu lintas seketat apapun akan kalah dengan kebijakan orang tua itu sendiri.


Fasilitas motor yang disediakan terlalu dini seringkali sebagai harga kompensasi atas kesibukan orang tua. Ditambah lagi lingkungan sekitar juga mendukung dengan semakin banyaknya pengguna motor di bawah umur. Ada kebanggaan tersendiri ketika sang buah hati mampu mengendarai motor. Berbekal gas, rem dan klakson, anak-anak kecil ini ikut mewarnai keramaian jalan raya.
Sebenarnya ini tidak bisa dibiarkan. Alasll mendesak pun tidak bisa dijadikan alibi agar anak-anak di bawah umur ini blgunakaik yang belum sesuai, kemampuan yang belum mumpuni, emosi yang labil dapat membahayakan nyawanya sendiri maupun pengguna jalan lainnya.


Ada lagi yang berpendapat, belajar motor dari usia dini akan melatih kemandirian. Alih-alih untuk belajar mandiri maupun agar dapat membantu orang tua, mereka ini tetap anak-anak yang minim pemahaman resiko. Karena dunia anak-anak masih sebatas bersenang-senang dengan motornya, di lain waktu saling adu nyali dengan kawannya. Belum terpikirkan bahaya yang menghadang apalagi kenaikan bbm. Pemahaman rambu-rambu pun belum dapat terserap oleh anak-anak. Fungsi spion dan lampu sein juga belum bisa memahami. Terkadang klop sama barisan para pelupa, sein kanan, belok kiri hingga rem mendadak. Ini bisa berakibat fatal jika mereka berkendara dengan kecepatan tinggi. Insiden akan sulit dihindari yang pada akhirnya saling tuntut,saling tuding dan saling tuduh lah yang terjadi. Dan bisa diprediksi siapa yang  akan jadi kambing hitam? Terlanjur celaka tentu saja polisi dan segala peraturan lalu lintas yang akan disalahkan.


Kondisi seperti ini tidak mutlak menjadi tanggung jawab pihak kepolisian. Sudah ditetapkan dengan tegas bahwa anak-anak di bawah umur dilarang keras untuk mengendarai motor. Diperlukan kesadaran penuh dari orang tua untuk tidak memberikan fasilitas motor bagi anak yang masih di bawah umur. Alangkah baiknya alihkan kreativitas anak ke kegiatan positif yang sesuai usianya. Semoga kita termasuk orang tua yang bijak dalam memberi pendidikan karakter demi masa depan anak. Terima kasih


Kebumen, 5 November 2022
Penulis : Danu Supriyati, S.Si

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun