Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis pernah menempuh pendidikan jurusan Fisika. Dia menerbitkan buku solo Pesona Fisika, Gus Ghufron, Dongeng Semua Tentang Didu, Pantun Slenco, dan antologi baik puisi maupun cerpen. Semoga tulisannya dapat bermanfaat bagi pembaca. Jejak tulisannya dapat dibaca di https://linktr.ee/danusupriyati07

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Kekinian Melengkapi Khazanah Dunia Literasi

4 November 2022   20:46 Diperbarui: 4 November 2022   21:07 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa Kekinian Melengkapi Khazanah Dunia Literasi

Bahasa kekinian atau bahasa gaul bagi penulis bukan hal baru. Bahasa yang sering dilempar sebagai bahan bercanda telah menjadi kosakata yang asyik. Bahkan beberapa kata telah resmi di adopsi ke dalam KKBI.

Bahasa Indonesia memang mutlak sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Seiring perkembangan zaman, bahasa Indonesia relatif fleksibel dalam menerima ragam bahasa baru. Bahasa yang sudah variatif karena berasal dari berbagai suku kini makin lengkap dengan hadirnya bahasa kekinian.

Sebagai penulis, penggunaan bahasa "nyeleneh" bukan hal yang baru. Apalagi menulis artikel yang pangsa pasarnya adalah anak baru gedhe (ABG). Dialog yang ringan dengan sisipan bahasa  gaul ibarat santapan yang gurih.Berkembangnya peradaban bahasa yang diserap dari bahasa asing, bahasa daerah maupun bahasa-bahasa gaul mau tidak mau harus diterima sebagai khazanah dunia literasi. Meski demikian pada beberapa karya non fiksi (skripsi, tesis dll) pemakaian bahasa baku tidak bisa ditoleransi dengan penyisipan kosakata-kosakata gaul.

Kepopuleran bahasa kekinian nyatanya mampu memberi warna di negeri kita. Jargon yang dikemas dengan kalimat-kalimat gaul mampu menjadi wadah promosi di segala bidang. Ini membuktikan bahasa Indonesia tidak kaku ketika harus menerima bahasa serapan. Sedangkan di bidang literasi, artikel yang dihasilkan oleh penulis pun tidak terkesan monoton. Seni dalam menulis dengan selingan bahasa kekinian menjadi salah satu faktor penentu dapat dan tidaknya karya dapat diterima di masyarakat.

Penggunaan bahasa kekinian juga memberi kesan "lebih merakyat". Pembaca dibawa pada suasana seolah-olah dekat dengan penulis karena bahasa gaul memang terkenal ramah. Kondisi ini tentu sangat menguntungkan bagi penulis karena artikelnya mampu menaikkan minat baca. Artinya akan semakin banyak peluang bagi penulis untuk mengibarkan ide-idenya.

Bagaimanapun pembaca membutuhkan artikel yang informatif. Inovasi bahasa kekinian sangat dibolehkan masuk dalam artikel namun adab menulis tidak boleh diabaikan. Sangat disayangkan masih ada beberapa penulis yang menorehkan kata-kata kotor dengan dalih hak kebebasan ekspresi seni. Alangkah baiknya hak ekspresi penulis digunakan dengan bijak dan memperhatikan hak pembaca. Menulislah dari hati agar pesan dapat tersampaikan dan bermanfaat bagi pembaca. Salam literasi. Terima kasih.
Kebumen, 4 November 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun