Jangan jadi penulis jika ingin kaya! Benarkah? Tidak sepenuhnya keliru. Ungkapan itu harus dicermati secara bijak. Mengingat banyak sekali langkah instan untuk menjadi penulis karbitan. Secara waktu, menulis adalah proses. Ketelatenan dan keuletan sangat dibutuhkan untuk menyandang status penulis handal.
Penulis karbitan (tenar sesaat) akan cepat meredup jika yang bersangkutan tidak konsisten menulis. Penulis yang melangkah pelan tapi pasti akan mereguk kesuksesan pun jika tetap giat melatih diri. Menambang uang bagi penulis bisa menjadi lahan basah dan kering terutama bagi penulis pemula.
Lahan basah maksudnya mudah mendapatkan keuntungan. Syaratnya harus memiliki jiwa pantang menyerah untuk publikasi tulisannya di mana saja dan kapan saja.Â
Menepis gengsi dan rasa sok sudah hebat. Apakah jalannya akan mulus? Tentu tidak semudah melihat tayangan artikel yang menjadi headline news.Â
Penulis pemula harus rajin posting karyanya agar semakin dikenal. Ibaratnya mencari nama dan mencari massa. Mencoba media apa saja untuk melihat progress karyanya.Â
Nah jika penikmat seni sering melihat artikel dan nama penulisnya tentu keuntungan akan membersamai usaha. Sekali, dua kali bahkan beratus - ratus kali artikel ditolak media jangan putus asa. Tetap mencoba karena usaha tidak akan mengkhianati hasil.Â
Satu lagi jadilah penulis yang terbuka terhadap kritik dan saran baik dari penulis senior maupun dari pembaca. Jadikan masukan - masukan sebagai pemantik semangat agar kualitas tulisan semakin bagus.Â
Bagi penulis senior yang sudah makan asam garam tentu tulisan mereka dengan sangat mudah bertukar uang. Mereka dapat menggantungkan hidupnya dari "menjual" tulisan. Perjalanan mereka tentu menjadi sejarah yang istimewa. Penulis senior itu terlahir dari perjalan menulis amatir.
Menulis hanya jadi lahan kering bagi penulis yang enggan melatih diri. Jika sudah bersanding dengan malas (putus asa, mudah "baper" terhadap kritik dan saran, mudah patah semangat ketika media menolak artikelnya) maka pundi - pundi uang akan semakin jauh dari rekening.Â
Tipe penulis seperti ini biasanya hanya menulis karena penasaran. Menikmati euforia semangat yang meletup - letup lalu amblas ditelan harapan. Terlalu berekspektasi tinggi tentang tulisannya yang diyakini mampu memikat khalayak. Ketika semua terbayar semu maka semangatnya akan "melempem" lalu bereaksi diam.
Menulis untuk uang seperti berada pada spekulasi dagang. Barang bagus, daya pikat istimewa maka pesona jualnya akan tinggi. Jika barang amburadul, penuh cacat maka daya jual rendah bahkan tidak laku sama sekali. Menulis dengan hati agar hasilnya tidak asal jadi.