[caption id="attachment_369812" align="alignnone" width="620" caption="sumber : tempo.co"][/caption]
ABRAHAM Samad sempat digadang-gadang menjadi calon wakil presiden Joko widodo. Nama Ketua KPK ini juga disebut sebagai calon Jaksa Agung. Namun, semua itu hanyalah PHP alias harapan palsu.
Bagaimana reaksi Samad?
"Saya lebih memilih jadi Ketua KPK karena bisa menangkap presiden dan wakil presiden. Kalau jaksa agung sulit." ungkap Samad, 12 Juli 2014.
Saat namanya digadang menjadi menteri, Samad mengulang statemen itu.
"Biarkanlah Abraham itu menjadi Ketua KPK supaya bisa menangkap menteri dan presiden. Kalau Abraham jadi menteri nanti siapa yang menangkap menteri dan presiden?" kata di Auditorium UNS, Solo, Kamis (14/8/2014).
Begitulah Samad. Jiwa Samad berakar dari antikorupsi. Datang sebagai pegiat antikorupsi lokal di Makasar, Samad langsung menduduki tampuk tertinggi di KPK. Sebuah jenjang yang mungkin saja, melebihi ekspektasi-nya.
Namun, Samad sudah masuk dalam sistem yang sudah tertata rapi. Dia hanya perlu meneriakkan lebih lantang, meneriakkan semangat 'jihad' anti korupsi itu sendiri. Tidak takut apapun, meski taruhannya adalah nyawanya sendiri. Dia bahkan menyatakan, siap di-Antasari-kan.
Semangat inilah yang dibutuhkan untuk memberantas korupsi di negeri yang sudah teramat parah ini. Jihad inilah mentari harapan bagi rakyat. Semangat yang harus ditularkan hingga ke pelosok negeri. Semangat yang akan membuat staf hingga pejabat negara berpikir ulang untuk berbuat korupsi.
Dana untuk rakyat, pembangunan infrastruktur, semuanya total disalurkan. Pejabat takut ditangkap. Suatu kali, ketakutan itu menjadi sebuah kesadaran. Kesadaran itu bahkan berlanjut ke level berikutnya; kebahagiaan. Bahwa, dia sudah dihindarkan dari perbuatan buruk, bahkan bisa bermanfaat secara utuh bagi khalayak. Bahwa, darahnya bersih dari makanan haram yang diperoleh dari uang korupsi. Hmmm..