Mohon tunggu...
Afi
Afi Mohon Tunggu... Wiraswasta - pembelajar

email: danusukendro@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ujian Sekolah Tanpa Buku

12 Oktober 2014   19:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:21 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413091174345730447

[caption id="attachment_347255" align="aligncenter" width="461" caption="Firyaal n Azza/ dokumentasi pribadi"][/caption]

FIRYAAL dan Azza, dua putri saya yang duduk di kelas satu dan empat SD, di hari minggu ini justru berkutat di depan buku. Besok, mereka mulai mengikuti ujian tengah semester.

Ironisnya, dua anak ini dipaksa ujian tanpa buku pegangan, tematik kurikulum 2013. Ada tiga buku tematik; tematik satu hingga tematik tiga yang menjadi materi ujian tengah semester. Anehnya, baru tematik dua yang mereka terima.

Tak pelak, Firyaal dan Azza harus belajar tanpa buku pegangan dari pemerintah tersebut. Guru mengantisipasi dengan memberikan catatan. Sebagian materi di foto copy.

Agar mereka tak terlampau ketinggalan, saya mendownload materi itu dari website Kementerian Pendidikan Nasional. Sebagian juga diprint. Persoalannya, apakah semua wali murid melakukan seperti yang saya lakukan. Berapa persen yang punya inisiatif atau bisa mendownload materi-materi itu.

Tiap kurikulum selalu menjanjikan perubahan lebih baik. Konon, kurikulum 2013 menjanjikan pendidikan karakter. Namun, dengan penilaian yang amat rumit.

Banyak aspek penilaian yang membuat guru justru berkutat pada persoalan administrasi. Waktu untuk menempa karakter siswa justru terbuang percuma. Kalau ada yang mudah, mengapa dipersulit?

R Tagore, sastrawan India peraih nobel, menolak pendidikan di sekolah. Dia menyebut sekolah sebagai penjara. Siksaan yang harus dihindari. Semangat siswa ketika berangkat sekolah adalah bertemu teman-teman dan bermain.

Adakah sistem yang menggugah kreatifitas sekolah dan guru untuk menciptakan pola, play and learn? Menempatkan siswa sebagai subjek di kelas. Menyelipkan berbagai keceriaan. Membuat tiap pelajaran adalah temuan baru.

Rasanya sudah lewat era ketika siswa harus menjadi robot yang patuh, diam anteng di kelas, hanya dihantui oleh ketakutan oleh bentakan sang guru. Adakah ide lain yang lebih cemerlang?? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun