Mohon tunggu...
Afi
Afi Mohon Tunggu... Wiraswasta - pembelajar

email: danusukendro@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berakhirnya 'Jihad' dan Keangkuhan Samad

20 Februari 2015   20:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:49 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1424414636419648281

Di bawah kepemimpinan Samad, KPK berhasil memenjarakan Irjen Joko Susilo, Kakorlantas Mabes Polri. Pertama kalinya, KPK menangkap perwira tinggi polisi aktif. Menyidik kasus Hambalang, menahan Menpora Andi Malarangeng, Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum hingga Jero wacik, menteri sekaligus petinggi Partai Demokrat.

Ya, KPK di bawah Samad mulai merangsek ke episentrum kekuasaan. Bahkan, dia tengah membidik kasus BLBI, dan melanjutkan kasus Bank Century yang konon merugikan negara puluhan hingga puluhan triliunan rupiah.

Sejatinya, Samad terlenakan oleh sikap SBY yang di depan publik menunjukkan respek dan penghormatan atas proses hukum di KPK. Bahkan, SBY berkali-kali menyelamatkan KPK, dengan mengintervensi kasus KPK vs Polri, dalam kasus kriminalisasi dua pimpinan KPK, Bibit - Chandra serta pengusutan kasus penyidik KPK Novel Baswedan.

Tak heran, jika di awal kepemimpinan Jokowi, Samad langsung menebarkan sesumbar dengan kalimat 'menangkap presiden dan Wakil presiden'. Kontradiktif dengan kondisi  di awal Januari, ketika polisi mencecar KPK dari berbagai arah.

Samad terancam ditahan, karena kasus pemalsuan dokumen yang kasusnya diusut di Polda. Sebelumnya, wakil ketua KPK Bambang Widjajanto ditangkap karena merekayasa kesaksian palsu dalam persidangan di MK. Semua itu jelas kesalahan yang dicari-cari dan terang benderang upaya membungkam KPK.

KPK bahkan sempat 'merengek' kriminalisasi KPK itu hanya bisa selesai jika Presiden Joko Widodo turun tangan. Ibaratnya, mereka hendak tenggelam sungai, lalu tangannya muncul di atas permukaan air, sembari berteriak " tolong.. tolong..!"

Namun, dari itu semua, bisa ditarik sebuah pelajaran besar. Siapapun, pimpinan KPK dengan kekuasaanya, tak perlu mulut besar untuk berkoar-koar. Diamnya saja sudah mengerikan. Dia hanya perlu cermat mendengarkan suara, menyimak dengan mata tajam, bergerak, memegang bukti, menangkap, menahan. Selesai. Dengan hening.

Masihkah Samad yang sudah non aktif berteriak akan 'menangkap presiden dan Wakil presiden', jika mereka korupsi?? Sedangkan, presiden hanya cukup berbisik lirih pada Kapolri. "Tahan dia.." (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun