Mohon tunggu...
DANU SAPUTRA
DANU SAPUTRA Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Loyalitas 3 Desa dalam Menjaga Budaya Adat Sasak Gendang Bleq

23 Maret 2017   08:29 Diperbarui: 23 Maret 2017   08:41 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok oarng dan diwariskan dari generasi ke generasi. Seperti halnya dengan budaya adat sasak yakni gendang beleq. Gendang belek merupakan alat music tradisional suku sasak yang dimainkan dengan cara ditabuh. Dan dimainkan secara berkelompok. Gendang beleq di suku sasak biasanya digunakan sebagai pengiring uapacara adat pernikahan suku sasak yang disebut dalam istilah bahasa sasak yakni (nyongkolan).

Akan tetapi perkembangannya saat ini, gendang beleq sudah jarang sekali terlihat digunakan dalam adat nyongkolan, alat musik tradisional sasak ini sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Lombok, sebagian masyarakat Lombok lebih senang menanggap kecimol dari pada gendang beleq, karena tarif kecimol lebih murah dan lebih bervariatif. Kecimol merupakan kesenian cilokak modern Lombok yang menggabungkan antara musik tradisional dengan musik modern, kecimol ini juga yang menyebabkan mulai tergusurnya musik tradisional khas Lombok yaitu gendang belek.

Namun di balik kata murah. Music kecimol juga memiliki dampak yang negative, dan pergeseran nilai seperti para anak muda berjoget dengan sesukanya didepan kecimol karena pengaruh minuman keras sehingga terjadinya kemacetan jalan.

Jika dibandingkan Gendang beleq lebih menjamin dari pada kecimol karena meskipun alat musiknya masih tergolong tradisional tetapi budayanya masih terbilang sangat baik dan lebih memanusiakan karena jarang terjadi kerusuhan seperti misalnya anak muda tidak terlihat urak-urakan, joget-joget karena pengaruh minuman keras.

Bergesernya budaya adat gendang belek tidak berlaku di semua wilayah Lombok. ada beberapa wilayah di Lombok khususnya di kabupaten Lombok Timur yang masih tetap menjaga budaya gendang blek ini. seperti di kecapamatan Terara Lombok Timur khususnya di Desa Rarang, Desa Sukadana, dan Desa Suradadi. ketiga Desa ini masih tetap bertahan menjaga kebudayaan dan bahkan terus mengembangkan budaya adat gendang belek tersebut dengan cara membangun sebuah sanggar untuk melatih para anak muda yang berminat untuk ikut bergabung memaikan gedang beleq tersebut.

Terbukti dengan dibangunnya sanggar di masing-masing tiga desa tersebut  melahirkan banyak grup gendang belek oleh anak muda di masing-masing desa tersebut. Berikut data yang diperoleh mengenai jumlah grup atau kelompok gendang belek di masing-masing tiga desa tersebut : Desa Rarang 1 kelompok, Desa Sukadana 4 kelompok, dan di Desa Suradani 2 kelompok.

Dengan usaha untuk menjaga atau mengembangkan budaya adat gendang blek diketiga desa tersebut diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi desa-desa yang lain di kecamatan atau bahkan di Lombok ini ikut menjaga atau mengembangkan budaya asli adat sasak tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun