Mohon tunggu...
danu novrianto
danu novrianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi saya memancing, saya suka film horror

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sasaran Retorika Dakwah

28 Juni 2024   07:15 Diperbarui: 28 Juni 2024   08:09 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok.Pribadi

Oleh: Syamsul Yakin dan Danu Novrianto

Dosen dan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Secara umum, sasaran ujaran keagamaan adalah umat manusia, termasuk umat Islam, orang-orang kafir, dan orang-orang munafik. Pada masa awal Islam, Nabi berdakwah sesuai perintah tuhan, Terkandung dalam Al Quran. Untuk membuat peta tujuan dakwah retoris, Anda dapat merujuk pada Tentang reaksi manusia terhadap Alquran.

Ayat-ayat yang tertulis menunjukkan respon manusia terhadap Al-Qur'an permanen dalam arti ayat ini, "Kemudian Kami berikan kitab itu kepada mereka Kami memilih di antara para pelayan Adapun bagi kami, di antara mereka ada yang menipu diri sendiri dan orang lain, di antara mereka ada yang cuek, dan di antara mereka ada pula yang membanding-bandingkan. Berbuat baiklah terlebih dahulu dan dengarkan izin Allah. (QS. Fathir/35:32).

Menurut ayat ini, kelompok pertama menanggapi kejatuhan manusia Al-Quran menganiaya dirinya sendiri (zalim linafsih). Menurut penafsiran Ibnu Kesir, kalimat ini mengacu pada orang yang mengabaikan beberapa perintah wajib dan malah melakukan beberapa perintah terlarang.

Misalnya Alquran memerintahkan beribadah kepada Allah, namun Allah menyembah berhala. Ketika Al-Qur'an memerintahkan pembayaran zakat, beliau tidak hadir dan diabaikan. Namun, ketika Al-Qur'an menyuruhnya melakukan hal yang benar, dia melakukan hal yang salah. Berdasarkan reaksi mereka terhadap wahyu Al-Quran, dapat disimpulkan bahwa mereka adalah orang-orang kafir. Mereka adalah sasaran utama retorika didaktik. Respon kelompok kedua setengah hati atau setengah hati, yaitu ragu-ragu terhadap suatu hal. Kebenaran tentang Al-Qur'an. Termasuk penulis kitab "Tafsir Jalalain" yang menulis bahwa sesungguhnya Allah dengan tegas berfirman: "Jika kamu (masih) ragu terhadap Al-Qur'an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), jadikanlah . (Hanya ) surat-surat seperti Al-Qur'an." (QS.al-Baqarah/2:23).

Menurut Ibnu Qasir, sifat lain pada golongan kedua adalah orang yang melaksanakan perintah-perintah yang diwajibkan kepadanya dan meninggalkan larangan-larangan, namun pada saat lain ia tidak melakukan suatu amalan Sunnah melainkan melakukan suatu amalan Sunnah. Beberapa perilaku ada yang makruhah (menjengkelkan), yaitu kondisi mental orang munafik (munafik).

Sikap inilah yang paling menakutkan bagi kaum Nabi, khususnya sekelompok orang yang mengaku beriman dan ikut serta dalam Perang Badar, namun kembali pulang ketika musuh datang. Orang-orang munafik adalah sasaran dakwah yang kedua.

Kelompok ketiga menyikapinya dengan segera melakukan amal shaleh (sabiq bil-khairat). Sikap kelompok ini sejalan dengan perintah Allah, "Maka berkompetisilah (berbuat baik)." (QS.al Baqarah/2:148). Bagi penulis "Tafsir Jalalain", kata "kompetisi (berbuat baik)" berarti ketaatan dan penerimaan segera. Ini adalah tujuan ketiga dari retorika didaktik.

Inilah tiga tujuan dakwah yang didasarkan pada tanggapannya terhadap wahyu Allah. Alquran. Yang terakhir adalah yang terbaik. Mereka menjadi sasaran retorika moralistik dan diperkirakan akan terus berlanjut Gerakan misionaris sering kali berlanjut. Selain latar belakang di atas, sasaran retorika dakwah juga dapat dibagi menurut stratifikasi sosial, antara lain pendidikan dan ekonomi kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Secara lebih rinci, tujuan retorika misionaris dapat dipetakan berdasarkan gender, geografi, ras, dan lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun