Gleekkkk...
Deg deg... Deg deg...
Tas pinggang terbuka, melompong!
Amplop sakti harapan hidup raib, nggak ada.
Aduh maaaakkkk.....
Tiba-tiba darah langsung naik ke ubun ubun. Kaki kesemutan. Kepala keliyengan.
Kami berusaha tenang, ngambil nafas yang tertinggal.
Dengan pelan-pelan ngecek tas lagi, nginget-inget lagi kronologis sebelum belanja.
Masih sempet berpikir positif, "Mungkin jatuh nih amplop". Juga karena nggak fokus ke lagi makanan, kami langsung cari tuh amplop siapa tau beneran jatuh.
Kami bolak-balik (mungkin) 5x atau lebih dari pintu masuk Night Market sampe tempat kuliner. Wajah celingak-celinguk. Bahkan sampe ngais ke kotak sampah. Ngorek-ngorek tumpukan barang-barang yang dibuang, persis jadi gembel beneran.
Semua barang yang terserak kami perhatiin lekat-lekat. Siapa tau keajaiban datang. Syukur-syukur, nemuin lembaran uang di bawah stand/stall pakaian yang kami lewati tadi. Atau bungkus es krim berubah jadi amplop gitu.
Kami balik ke tempat penjual makanan tadi, sambil ngobrol bahasa Khmer sebisanya. Sisanya bahasa Inggris.
Dan ada seorang ibu pedagang menghampiri, beliau sambil praktekkin gesture yang intinya, "There's kid pickpocket your bag".
Dan.... Fix! Amplop diambil tangan iblis.
Ya Alloh, apa salah Baim ya Alloh?
Nggak lama, ada pedagang lain yang datang, juga ada dedek imut nongol. Untung si dedek bahasa Inggrisnya masih bagus.
Dia bilang, "When you buy food, a kid approach you. He open your bag, and run there". Si dedek sambil nunjuk ke arah kali (sungai).