[caption caption="Penampakan Phsar Ritrey"][/caption]
Â
"Kejahatan dapat terjadi dimana saja, bukan hanya karena niat pelakunya. Tapi juga karena adanya kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!"
Begitulah pameo khas bang Napi pada program kriminal di salah satu channel TV swasta. Dan pameo itu benar adanya. Riil. Kali ini kriminal menimpa kami, backpacker kere nan kece.
Kejadiannya bulan April 2015 yang kemaren, tepatnya tanggal 23 pas jadi pemandu perjalanan bagi 2 orang ibu-ibu rempong dan seorang bapak-yang-jarinya-penuh-dengan-cincin-akik. Perjalanan sebelumnya dari Ho Chi Minh City dihabiskan dalam bus dengan jarak tempuh sekitar 290 km. Berangkat sekitar jam 11.30 siang, tiba di Phnom Penh kira-kira jam 17.40 sore.
Singkat cerita, malam hari jam 19.30 kami ke Night Market (Phsar Ritrey) di Phnom Penh, Kamboja. Pengen nyicip kuliner malam dan wanita malam juga :D. Karena katanya disini makanan murah-murah dan enak, pakaian pun terjangkau banget.
Kami nginep di Velkommen Guesthouse dengan alamat #18 st 144 Riverside, Daun Penh. Yang sebenernya jalan kaki sekian menit pun sudah sampe ke Night Market -dekat sekali. Tapi karena bawa emak-emak rempong, jadi naik tuk-tuk deh. Dan untungnya memang tuk-tuk langganan jadi charge 1 USD aja (untuk 4 orang) Velkommen - Night Market.
Turun dari tuk-tuk, bayar uang 1 USD yang disimpen di amplop (maklum amplop money changer). Amplop pun ditaro di tas pinggang. (Tas pinggangnya sedang dalam posisi diselempangin di punggung)
Oke, terus jalan-jalan di bagian depan dan samping Night Market. Liat baju-baju kinyis. Hotpants-hotpants gemez. Lipstick-lipstick glowing. Hitung-hitung cuci mata. Juga kebetulan ada semacam pertunjukkan D'Terong show di panggung besar, tanpa kak Igun dan bang Ipul. Nyanyi-nyanyi nggak jelas. Iya nggak jelas, kan nggak ngerti bahasa Khmer :D . Ada juga seperti bales pantun gitu. Gaje banget dah.
Lanjut, kami ke bagian belakang Night Market. Wisata kuliner! Yuhuu...
Dengan sigap milih makanan, yang semacam empek-empek. Ada yang sosis-sosisan kayak terong-terongan dildo. Lidah keluar mendesis. Nyaris khilaf. Lalu, semuanya kami setorin ke penjual untuk digoreng, dan dihitung billing-nya.
Dan... Ketika ingin bayar....