Mohon tunggu...
danusudahtobat
danusudahtobat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya pemuda BIASA

Syukuri lalu mati

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Latar Belakang Al-Kindi

25 September 2023   13:37 Diperbarui: 25 September 2023   14:01 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang filosof Islam, Al-Kindi lebih mengandalkan kemampuan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang realitas. Namun, dia juga menyadari bahwa akal tidak cukup untuk mencapai pengetahuan metafisis. Jadi, al-Kindi tidak sependapat dengan para filosof Yunani dalam hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama Islam, karena dia percaya bahwa Nabi harus mengajarkan hal-hal yang di luar jangkauan akal manusia yang diperoleh dari wahyu Tuhan. 

Oleh karena itu, al-Kindi tidak berselisih dengan para filosof Yunani tentang hal-hal yang bertentangan dengan doktrin Islam. Misalnya, kejadian alam berasal dari ciptaan Tuhan yang tidak ada sebelumnya. Menurut Al-Kindi Pun, alam abadi dan tidak diciptakan. Oleh karena itu, dalam kitabnya yang disebut Tahafut al-Falasifah (Serangan terhadap para filosof), al-Ghazali tidak menyebut al-Kindi sebagai salah satu filosof yang dia kritik.

Al-Kindi mengatakan bahwa kita tidak boleh malu untuk mengakui kebenaran dan mengambilnya dari manapun datangnya, bahkan dari bangsa lain yang jauh dari kita. Tidak ada yang lebih penting bagi orang yang mencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri. Orang yang menolak filsafat berarti menolak kebenaran, dan karena itu kafir. Bahkan mereka yang menentang filsafat sangat membutuhkan filsafat untuk mendukung argumen mereka.

Kadang-kadang terjadi kontras lahiriyah antara ayat-ayat Al-Qur'an dan hasil pemikiran filsafat. Terhadap masalah ini, Al-kindi berpendapat bahwa kata-kata dalam bahasa Arab dapat memiliki arti sebenarnya (hakiki) atau arti majazi (kiasan). Jalan takwil, atau penafsiran, adalah satu-satunya cara untuk menyampaikan makna majazi ini, dan itu harus dilakukan oleh ahli agama dan ahli pikir.

Jika ada perbedaan antara filsafat dan agama, itu hanyalah tentang cara, sumber, dan karakteristiknya, karena ilmu nabi (agama) diterima oleh mereka setelah jiwanya disucikan oleh Tuhan dan disiapkan untuk menerima pengetahuan (ilmu) dengan cara yang luar biasa di luar hukum alam.

Sesuai dengan pendirian Al-Kindi, bahwa filsafat harus memilih, maka ia sendiri berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencarinya dengan jalan mengikuti pendapat orang-orang yang sebelumnya dan menguraikan sebaik-baiknya.  Makalah ini akan membahas biografi dan karya Al-Kindi, perspektifnya tentang filsafat dan agama, serta pengaruhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun