Memasukin tahun 2024, tahun dimana pemilihan umum presiden Indonesia akan dilaksana, intensitas politik masyarakat disetiap daerah dalam menyambut pilpres kian meningkat, atmosfer setiap masyarakat daerah dalam presiden mana yang akan mereka pilihpun kian keluar kepermukaan, khususnya petakan-petakan masyarakat Aceh dalam mendukung calon presiden yang mana sudah mulai bersuara.
Tapi di balik intensitas politik masyarakat Aceh yang mulai meninggi dalam memasuki pemilihan presiden ini, saya ingin mengingatkan kepada masyarakat Aceh jangan terlalu over acting dalam menyikapi agenda pemilihan umum presiden 2024 ini, kenapa demikian?. Karena mengingat kebelakang beberapa pemilihan umum presiden sebelumnya, masyarakat Aceh terlalu over acting menanggapi pemilihan presiden sampai memecah belah masyarakat lokal.
Pemikiran sederhananya seperti ini, terkadang kita masyarakat Aceh terlalu over acting dalam mendukung calon presiden kita sehingga hal itu membuat petakan-petakan di kalangan masyarakat, Tapi pada kenyataannya walaupun kita sudah mati-matian masang badan buat calon presiden kita, Nantinya siapapun yang terpilih presiden dan wakil presiden Republik Indonesia pasti mereka akan memperhatikan Aceh secara normatif saja.
Kita masyarakat Aceh tidak buta akan politik dan kita Aceh punya pengalaman dalam urusan politik. Jadi dalam Pilpres kali ini warga Aceh jangan mau dibodohi lagi dan jangan mau pasang badan mati-matian, pada dasarnya capres-cawapres yang semuanya dari pulau Jawa dan saat terpilih belum tentu loyal kepada Aceh, dan cuma Aceh selama puluhan tahun diinginkan bahkan sering dipaksakan harus loyal kepada RI.
Apakah presiden tidak memperhatikan Aceh? Walaupun Aceh diperhatikan tapi Aceh tidak menjadi fokus pembangunan oleh presiden, liat yang baru-baru ini yang katanya Aceh mau dibangun jalan tol dan itu menjadi program strategis nasional, tapi nyatanya apa program itu tidak ada kejelasan sampai sekarang malah seolah terlihat mangkrak, itu baru satu dan masih banyak lagi lainya.
Aceh bisa diperhatikan serius kalau Aceh memberontak baru mereka memperhatikan Aceh secara serius, apakah pemberontak adalah solusi?, tentunya tidak. Tapi mau bagaimanapun calon presiden akan tetap dari pulau Jawa, jangan harap ada pemfokusan program pembangunan untuk di daerah Aceh, kalaupun ada itu hanya janji untuk meredam gejolak masyarakat Aceh.
Jauh sejarah pernah mencatat peristiwa-pristiwa yang membuat Aceh mengalamin kemunduran yaitu selama Aceh digabungkan kedalam Republik Indonesia, pada saat itu Aceh rela mengkudeta sejarahnya sendiri dan banyak mengorbankan orang-orang hebat cerdas serta mengorbankan pemimpinnya sendiri.
Pada revolusi sosial yang sering kita dengar dengan sebutan Perang Cumbok, pada saat itu demi memuluskan pergabungan Aceh kedalam calon negara baru bernama Republik Indonesia ya pada saat itu belum menjadi negara berdaulat, hal tersebut harus dijadikan referensi dan tolak ukur  untuk membangun masa kini dan masa depan, bahkan juga termasuk untuk nilai tawar capres dan cawapres dalam hal komitmen membangun Aceh.
Coba pada pemilu 2024 kali ini para bacapres  coba buat gagasan dalam menghilangkan stigma buruk masyarakat Aceh, tentang presiden dari pulau Jawa yang selalu mengajak tirikan Aceh, kembalikan kepercayaan masyarakat Aceh dan buktikan bahwa Aceh benar-benar bagian dari negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan memberikan perhatian lebih ke Aceh sehingga Aceh tidak dianggap seperti dianak tirikan seperti sebelum-sebelumnya .
Bukan hanya pada masa kampanye saja, kami juga menginginkan bukti nyata kepada bacapres 2024 siapapun yang nantinya terlpilih untuk menjadi presiden republik Indonesia, tolong buat Aceh tidak dianak tirikan, coba beri perhatian lebih ke Aceh demi kesejahteraan masyarakat Aceh, buatlah kebijakan-kebijakan yang dapat membuat masyarakat Aceh bisa hidup lebih baik lagi.
Semoga presiden dan wakil presiden yang terpilih pada 2024 nantinya, memang benar-benar orang yang jujur, amanah, berintegritas, bermoral, berkomitmen dan menghargai. Sehingga pemimpin tersebut memang benar-benar bisa membawa perubahan, khususnya perubahan di Aceh dan apa yang diinginkan oleh masyarakat Aceh bisa dipenuhi hak-haknya, serta membuat Aceh tidak di anak tirikan lagi