Mohon tunggu...
Danura Lubis
Danura Lubis Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Isi Hati dan Pikiran

Ketika Kau Ingin Sesuatu, Maka Inginkanlah Prosesnya! Bukan Jadinya!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Dua Kali Dilawan oleh Orang yang Pernah Dibesarkan (Dejavu)

5 Februari 2024   16:35 Diperbarui: 5 Februari 2024   16:43 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah semua masih ingat, pada tahun 2012 seorang Joko Widodo yang kala itu adalah Walikota Solo, maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dengan didukung oleh dua partai saja, PDIP dan Gerindra? Pencalonan Jokowi sebagai calon gubernur, waktu itu tidak lepas dari bantuan seorang tokoh yang sangat kita kenal, yaitu Bapak Prabowo Subianto. Prabowo bersama Megawati menjadi tokoh kunci yang mengusung Jokowi untuk menjadi gubernur dan akhirnya Jokowi pun berhasil menjadi orang nomor satu di Jakarta.

Kemudian, tahukah Anda kalau Pilkada DKI 2012 erat kaitannya dengan perjanjian Batu Tulis tahun 2009. Dalam perjanjian Batu Tulis, saat Megawati bersama Prabowo menjadi pasangan capres dan cawapres di Pilpres 2009, konon kabarnya, salah satu isi perjanjian Batu Tulis, disebutkan bahwa pada pemilihan presiden tahun 2014, ketua umum PDIP Megawati Soekarno Putri berkomitmen, akan mendukung serta berkoalisi dengan Gerindra untuk mengusung Prabowo sebagai calon presiden pada Pilpres tahun 2014. Karena perjanjian Batu Tulis ini jugalah, Prabowo bersedia mendukung Jokowi untuk maju pada Pilkada DKI 2012.

Namun pada akhirnya, kita semua tahu, saat Pilpres 2014, PDIP “mengingkari Perjanjian Batu Tulis” (jika memang bunyi perjanjiannya benar seperti apa yang diberitakan). Megawati malah mengusung Jokowi sebagai calon presiden dan tidak jadi mendukung Prabowo. Akhirnya pada Pilpres 2014, Jokowi dan Prabowo malah head to head berhadapan sebagai lawan dalam pemilihan presiden. Pilpres 2014 itupun dimenangkan oleh Jokowi.

Kemudian layaknya dejavu, pada Pilpres selanjutnya di 2019, Jokowi dan Prabowo kembali bersaing untuk merebut kursi presiden. Akan tetapi, lagi-lagi Prabowo dikalahkan oleh Jokowi untuk kedua kalinya. Orang yang pernah Ia bantu untuk menjadi seorang Gubernur DKI, malah berbalik menjadi lawan baginya saat pemilihan presiden.

Nah, kemudian terjadi lagi cerita Anies Baswedan dengan Prabowo. Saat Pilgub DKI tahun 2017, dimana ketika itu PDIP dan Gerindra sudah “pecah kongsi”, Gerindra bersama PKS mengusung Anies Baswedan sebagai Calon Gubernur DKI, sementara PDIP bersama Nasdem dan beberapa partai politik lain mengusung Ahok untuk melawan Anies. Pada Pilgub 2017, Prabowo menjadi tokoh kunci sekaligus promotor bagi Anies untuk merebut kursi gubernur dari tangan Ahok. Pada akhirnya, Anies Baswedan berhasil menang dan menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta.

Yang menarik selanjutnya, ketika semua telah usai dan mendekati masa pendaftaran calon presiden 2024, saat Prabowo sudah mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang, tak lama setelah itu seorang Anies Baswedan, orang yang pernah Prabowo dukung mati-matian untuk menjadi Gubernur DKI, juga didaulat oleh Partai Nasdem sebagai calon presiden 2024. Maka sebagaimana yang sudah kita saksikan bersama, saat ini Prabowo sedang berhadapan dengan Anies Baswedan. Bagai jatuh di lubang yang sama, Prabowo kembali dilawan oleh orang yang sama-sama dulu pernah dia besarkan karir politiknya yaitu Anies Baswedan.

Selanjutnya menanggapi pencalonan Anies sebagai capres 2024, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan bahwa sebetulnya dulu Prabowo sudah diingatkan jauh-jauh hari saat dia memutuskan untuk mengusung Anies sebagai calon gubernur. Prabowo sudah diwanti-wanti, jika Anies Berpotensi menjadi lawan politiknya dalam pemilihan presiden kedepan. Sebagaimana hal itu pernah terjadi pada Jokowi. Namun akhirnya, Prabowo tetap pada keputusannya untuk mendukung Anies.

Kemudian Ahmad Muzani mengatakan, “Prabowo sudah berpesan kepada para kader Gerindra untuk melupakan semua kebaikan yang pernah kita lakukan, jangan pernah berpikir kebaikan yang kita lakukan akan mendapat kebaikan yang sama, Tuhan akan membalas kebaikan para kader Gerindra yang telah membawa Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta di tahun 2017.” Demikian pesan Prabowo menurut Ahmad Muzani.

Nah, apakah dejavu akan kembali terulang? Apakah untuk ketiga kalinya seorang Prabowo Subianto akan dikalahkan oleh orang yang juga pernah ia besarkan? Atau malah sebaliknya, Prabowo yang nanti akan menang? Biar waktu yang akan menjawab itu semua.

Yang terakhir, saya jadi ingat apa yang pernah dikatakan oleh Almarhum Gus Dur saat ditanya dalam suatu acara TV, Gus Dur pernah berkata, “kalau orang yang paling ikhlas kepada Rakyat Indonesia itu Prabowo.” Nah, melihat sepak terjang seorang Prabowo, saya jadi berpikir apa yang dikatakan Alm. Gus Dur itu, mungkin ada benarnya, ya. Dan semoga keikhlasan hati seorang Prabowo Subianto tetap terjaga. Sekalipun, seandai kata, Tuhan Yang Maha Kuasa tidak “menakdirkan” dia untuk menjadi Presiden Republik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun