Kemajuan teknologi yang telah hadir membuat banyak orang menggunakan internet untuk berbagai kebutuhan. Media sosial adalah sebuah media online yang berisi para penggunanya bisa dengan mudah berkomunikasi, berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Di era digital, hampir semua anak muda memiliki sosial media. Contoh sosial media yang banyak diguakan adalah Instagram, Facebook,Twitter, dan lain-lain.Â
Salah satu dampak positif dari penggunaan sosial media adalah dapat memperluas relasi dengan berbagai orang di seluruh dunia sehingga dapat memperkaya pengetahuan. Namun, kehadiran sosial media juga membawa dampak negatif bagi para penggunannya. Salah satu contohnya adalah menjadi sulit untuk berinteraksi secara langsung karena sudah terbiasa secara online melalui sosial media.
Kehadiran sosial media banyak memengaruhi kehidupan masyarakat. Sebagaimana sosial media berfungsi sebagai jembatan untuk komunikasi dan sosialisasi, media sosial biasanya dimanfaatkan untuk membagikan tulisan, foto, dan video terkait kehidupan penggunaannya. Tidak sedikit jumlah para pengguna sosial media yang sering membagikan cerita mengenai kebahagiaan, kesuksesan, bahkan kekayaan yang mereka miliki. Pengguna lainnya atau pengikut akun sosial media tersebut tentu memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda. Perbedaan ini sering membuat mereka ingin ikut-ikutan dan berlomba-lomba dalam menunjukkan kesenangan dalam hidup mereka.Â
Dilansir dari kemenkeu.go.id, fear of missing out atau yang biasa disebut FOMO adalah perasaan takut yang timbul apabila merasa "tertinggal" karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Lebih lengkapnya, FOMO adalah kondisi apabila seseorang merasa cemas atau takut karena tertinggal sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya. FOMO pertama kali dikenalkan pada tahun 2010.
 Rasa takut terhadap ketinggalan ini disebabkan oleh adanya perasaan atau pemikiran bahwa semua orang selain dirinya selalu merasa bahagia, memiliki kehidupan yang sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Orang yang FOMO biasanya ditandai dengan terlalu sibuk memikirkan orang lain, banyak bergantung pada sosial media, dan tidak memiliki pendirian kuat.
Seperti sosial media, FOMO juga membawa dua dampak yang saling bertolak belakang. Banyak pengguna sosial media yang mengikuti atau hanya mengonsumsi konten di sosial media yang bermanfaat. Dengan melihat konten-konten tersebut, para pengguna sosial media berkemungkinan untuk ikut terdorong dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.Â
Pada kenyataannya, tidak semua postingan di sosial media mengandung hal yang positif. Apabila melihat orang lain yang memiliki barang mahal, bakat, jabatan yang bergengsi, keluarga yang harmonis, atau pertemanan yang terlihat menyenangkan, sifat iri karena ingin memiliki hal serupa mungkin bisa terjadi. Orang-orang akan "buta" dengan kelebihan yang selama ini sudah ia miliki sehingga tidak pernah merasa puas karena tidak bersyukur.Â
Hal tersebut membuat orang yang FOMO ingin memiliki atau merasakan kehidupan orang lain yang hanya dilihat di sosial media. Meskipun tidak membawa manfaat dan tidak tertarik dengan bidang tersebut, tetapi karena tidak ingin merasa tertinggal, mereka akan berusaha untuk mengikuti dan mendapatkannya.Â
Demi mendapatkan pengakuan dari orang lain, terkadang mereka sampai mengubah perilaku dan gambaran terhadap diri mereka. Mulai dari kesukaan, hobi, pertemanan, gaya hidup, bahkan sampai keputusan besar juga bisa terpengaruh.Â
Perasaan FOMO yang dibiarkan dapat memicu munculnya hal negatif seperti kelelahan, stress, depresi, bahkan masalah tidur.Â
Untuk dapat menghadapi fenomena tersebut, seseorang bisa mulai melakukan hal-hal seperti :
1. Bijak dalam menggunakan sosial media.Â
Setiap pengguna sosial media harus selektif dalam memilih siapa yang mereka ikuti, tidak bergantung dengan tren sosial media, tidak terlalu sering membuka sosial media, dan tidak terlalu peduli dengan orang lain yang tidak penting. Kebahagiaan yang dirasakan orang lain juga belum tentu sesuai dengan apa yang kita lihat.
2. Memiliki jati diri
Dengan memiliki pendirian yang kuat, kita tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Latar belakang dan tujuan setiap orang pasti berbeda, kita tidak bisa terus mengikuti kebahagiaan lain tanpa memerhatikan diri sendiri. Mengejar sesuatu bukan prioritas, hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendapatkan hal yang tidak bermanfaat bagi kita.
3. Fokus dengan diri sendiriÂ
Setiap orang pasti memiliki jalan cerita yang berbeda. Perbedaan privilege dan dukungan yang diterima setiap orang juga membuat garis start yang berbeda. Terlalu memerhatikan pencapaian orang lain hanya akan membuat kita tidak bersyukur dan tidak akan membawa perubahan baik pada diri kita. Jadi, dibandingkan terus melihat hidup orang lain, akan lebih baik jika waktu luang yang dimiliki digunakan untuk melakukan hal berguna seperti menekuni hobi.
4. Menghargai diri sendiri
Semua orang pasti memiliki mimpi yang tinggi. Biasanya, seseorang akan merasa puas atau merasa berhasil setelah mendapatkan pencapaian yang tinggi. Namun, banyak faktor yang bisa memengaruhi keberhasilan sehingga tidak semua hal yang diusahakan dapat terwujud. Padahal, kita bisa mulai mengapresiasi pencapaian-pencapaian kecil yang terkadang diabaikan seperti melakukan rutinitas yang sehat atau bisa terlepas dari kebiasaan buruk.
5. Bersosialisasi dengan teman yang bisa membawa pengaruh positifÂ
Lingkungan pertemanan sangat berpengaruh terhadap seseorang. Apabila sering berinteraksi dengan orang-orang yang bisa membawa pengaruh positif, kita berkemungkinan untuk terpengaruh untuk menjadi lebih baik juga. Teman juga bisa membawa dukungan dalam mencapai tujuan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H