Mohon tunggu...
Danto Rochman
Danto Rochman Mohon Tunggu... -

Pecinta sepeda dan makanan organik

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Makananmu Harimaumu!

5 April 2014   01:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:04 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Mulai sekarang cek, apakah makanan yang Anda makan sudah higienis dan sehat?

Dalam sepekan pertama April 2014, kabar duka terus menghampiri. Sedikitnya tiga teman dekat saya meninggal di usia yang belum lagi 40 tahun. Yang mengagetkan tentu saja teman yang mantan jurnalis harian ekonomi di Indonesia, yang terakhir bertugas di situs berita.

Pada Selasa malam, 1 April 2014, seorang teman penggiat di industri telekomunikasi memberi kabar tiba-tiba, almarhum meninggal malam itu setelah dirawat sejak tiga hari sebelumnya. Ia meninggal akibat gangguan pencernaan. Beberapa waktu sebelumnya, saya beberapa kali melakukan komunikasi, dan ia tampak baik-baik saja. Sebuah kabar mengejutkan, tentu saja. Seharusnya, dua bulan lagi ia merayakan ulang tahun yang ke 36.

Sehari berselang, saya juga mendapat kabar, seorang teman yang umurnya juga tak jauh pun meninggal akibat radang pencernaan. Di luar itu, belakangan saya sering mendengar orang-orang di usia 30-an sudah terserang stroke, terkena jantung, gangguan pencernaan, dan lain-lain.

Umur memang siapa yang tahu, tapi umur juga bisa diupayakan untuk lebih panjang. Dengan banyak cara, tentu saja. Salah satunya, dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan higienis.

Makanan memang turut berkontribusi terhadap umur. Belum ada riset terbaru soal pengaruh pendeknya umur akibat gangguan kesehatan karena makanan. Namun laporan World Health Organization (WHO) tahun 2007 setidaknya bisa menjadi gambaran. Menurut laporan tersebut, secara global terjadi 1,5 miliar gangguan kesehatan karena makanan, 3 juta di antaranya meninggal tiap tahun dengan jumlah yang cenderung meningkat.

Sedangkan data pada 2009 menyebutkan, Indonesia masih menjadi 10 negara tertinggi dengan pasien gangguan makanan yang akhirnya meninggal. Data dari BPOM juga melengkapi pentingnya permasalahan ini karena ternyata 51 persen dari outlet hotel, restoran, dan kafetaria tidak memenuhi standar keamanan pangan.

Di Australia, negara tetangga dekat kita, penyakit gangguan makanan juga kronis. Yayasan Kupu-kupu, yang didukung Lembaga Akses Ekonomi Deloitte menyebutkan, hingga 2012, ditemukan ada sekitar 1 juta warga Australia yang menderita gangguan makan, dimana hampir 30 ribu kasus diantaranya adalah anorexia. Anoreksia ialah seseorang yang umumnya memiliki ketakutan yang tidak normal pada kegemukan.

Laporan itu juga menyebut pada tahun 2012 diperkirakan ada lebih dari 1,800 orang meninggal karena komplikasi yang terkait dengan gangguan makan.

Celakanya, Negeri Kanguru itu tak siap mengantisipasi membludaknya penderita gangguan makan. Hingg awal tahun 2014, sedikit sekali ranjang di rumah sakit umum maupun swasta untuk merawat penderita gangguan makan di seluruh Australia. Saat  ini, diperkirakan hanya tersedia 25 ranjang di rumah sakit yang tersedia untuk penderita gangguan makan di seluruh Australia. Jumlah itu mencakup 5 di New South Wales, 6 di Australia Selatan, 9 di Queensland, 14 di Victoria sementara di Tasmania, Kawasan Teritori Utara dan Australia Barat tidak tersedia sama sekali.

Di negara maju sekelas Italia, penyakit gangguan makanan juga tak kalah gencar. Ribuan orang Italia meninggal setiap tahun akibat gangguan makan. Italia adalah negara asal makanan yang cukup ngetop: spaghetti, pizza, tortellini, lasagna, tramezzino, tiramisu, panino, panna cotta, bruschetta, chicken parmigiana, atau yang lainnya.

"Gangguan makan adalah penyebab utama kematian di Italia, dengan jumlah 7.000 sampai 8.000 setiap tahun," kata Laura Dalla Ragione, Wakil Psikiater buat Kementerian Kesehatan, kepada Xinhua.

Ia menyatakan sebanyak tiga juta orang Italia saat ini menderita anoreksia, bulimia atau gangguan makan berlebihan (BED), dan mereka yang menderita gangguan itu adalah warga dari seluruh lapisan masyarakat dan usia, bahkan termasuk banyak anak kecil yang berusia antara delapan dan 10 tahun.

"Dalam 10 tahun belakangan, jumlah orang Italia yang mengalami gangguan makan telah meningkat sebanyak 300 persen," kata Dalla Ragione.

Makin banyak dari mereka adalah pria, saat ini 10 persen dari jumlah total penderita gangguan makan dan 20 persen di antara mereka yang berusia antara 13 dan 17 tahun, sedangkan 10 tahun lalu jumlahnya cuma satu persen.

Mengonsumsi makanan instan / cepat saji, makanan dengan pengawet, hingga menggunakan zat-zat kimia tertentu, menjadi penyumbang terbesar penyebab gangguan kesehatan makanan. Selain tentu saja akibat gaya hidup yang kurang baik.

Sudah jamak kita dengar, akibat gaya hidup dan konsumsi makanan yang tak sehat, penyakit-penyakit yang bisa mendatangkan kematian dengan cepat, makin banyak muncul. Sebut saja tekanan darah tinggi, stroke, serangan jantung, kanker, dan lain-lain.

"Terdapat pergeseran risiko untuk ketidaknyamanan ke arah usia yang lebih muda. Parameter yang mudah digunakan untuk mengetahui risiko-risiko ketidaknyamanan tersebut (sindrom metabolik) mencakup besarnya ukuran lingkar pinggang, rendahnya kadar kolesterol baik (HDL), serta tingginya kadar trigliserida, glukosa darah puasa dan tekanan darah," ujar dr Kasim Rasjidi, SpPD-KKV, seperti dikutip DetikHealth.

Dokter spesialis penyakit dalam di RS Asri Jakarta ini menyebutkan bahwa sindrom metabolik kini makin banyak didapatkan di usia makin muda dan pertambahannya progresif. Orang yang mempunyai sindrom metabolik mempunyai kemungkinan mendapatkan penyakit jantung koroner, diabetes dan stroke hingga 20 kali lipat, bahkan lebih, dibandingkan yang tidak memilikinya.

Kuncinya makanan

Makanan yang sehat, bisa menjadi obat pencegahan dan penyembuhan paling murah bagi tubuh. “Penyembuhan alami harus merupakan dasar bagi obat, seorang dokter hanya membantu proses penyembuhan alami,” kata Hipocrates, Bapak teori obat-obatan, pada 2500 tahun silam.

Rumusan makanan khusus dapat memberikan keseimbangan atau membersihkan tubuh Anda dari bahan-bahan berbahaya yang melemahkan kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri, sekaligus memberikan gizi alami dalam bentuk paling mudah diserap.

Untuk memberikan kondisi terbaik bagi tubuh kita, kita memerlukan makanan bukan obat. “Biarkan makanan menjadi obat,” tandas Hippocrates.

Nah, untuk menjaga tubuh tetap sehat sekaligus menjadi obat, kita memerlukan asupan makanan yang mempunyai nilai gizi yang baik dan terbukti keamanannya. Salah satu cara yang dapat dipertimbangkan untuk memenuhinya adalah dengan memilih makanan organik.

Makanan organik adalah semua jenis bahan pangan yang berasal dari organisme hidup (hewan dan tanaman) yang tidak mempunyai kandungan kimia tambahan, (pestisida, insektisida, dan hormon).

Menurut pakar naturopati DR. dr. Amarullah Siregar Ph.D  sejak dahulu, manfaat makanan organik sudah diteliti mampu meningkatkan kemampuan tubuh dalam melawan proses degeneratif, mencegah terjadinya paparan radikal bebas, regenerasi sel dan optimalisasi antibodi.

"Bahkan beberapa penelitian menunjukkan, susu organik mempunyai lebih dari 60-80 persen kandungan nutrisi dibandingkan susu konvensional. Sedangkan, seperti tomat, kentang, bawang, kubis mempunyai 20-40 persen lebih kandungan antioksidan dibandingkan buah dan sayuran konvensional," ucapnya.

Pada perioda 25 tahun yang lalu, lebih dari 200 perintis makanan organik di Amerika mendirikan pertanian organik sendiri di Arizona dengan tujuan untuk menyebarkan dan menjalankan gaya nidup bebas pencemaran. Hal tersebut merupakan titik penting dari revolusi makanan organik.

Gaya hidup organik berlawanan dengan dasar-dasar teknologi makanan modern yang seringkali menggunakan unsur-unsur yang berbahaya bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.

Dasar-dasar makanan organik cenderung menuju kembali ke alam dengan cara penanaman yang bebas dari pencemaran lingkungan, makanan, bahan-bahan dan pemrosesan. Dasar-dasar organik diperuntukkan untuk menjadi penghubung utama menuju gaya hidup sehat di abad ke-21.

Dalam masyarakat saat ini,kita harus menggunakan cara-cara bertani yang paling aiami untuk mendapatkan manfaat-manfaat kesehatan dasar serta mencegah penyakit. Filsafat penyembuhan alami menyatakan bahwa makanan terbaik adalah obat terbaik dan makanan terbaik adalah makanan organik.

Makanan organik tidak hanya pada tumbuhan, namun juga pada ternak. Contohnya, peternakan ayam herbal di Gunung Anjasmoro, Jombang, Jawa Timur. Namanya Chicko Herba Organic Farm. Dari soal makanan ayam hingga kebersihan kandang, pengelola menjaga kebersihan dengan asupan makanan herbal.

Hasil uji laboratorium Universitas Brawijaya dengan nomor 457/UN.10.5.52/lab.-1/2013 menyatakan bahwa kandungan organik dari hewan ternak produk Chicko mengandung 96,66%. Artinya sangat sehat. Hasil uji analisa Universitas tersebut menunjukan bahwa Chicko mengandung penyusun bahan organik berupa serat, protein, mineral, lemak, dan karbohidrat (BETN), yang bisa dicerna oleh tubuh sebesar 96,66%.

Jika yang dimasukan ke dalam tubuh ternak adalah bahan-bahan kimia buatan, maka kandungan abunya akan sangat tinggi karena bahan itu tidak bsia dicerna oleh tubuh ternak (ayam) sehingga menjadi timbunan residu toksin yang menumpuk pada serat daging maupun kulit. Dus, makanan ini sangat sehat.

Selain makanan, tentu gaya hidup organik juga harus diimbangi dengan makanan serat tumbuhan yang juga organik. Sehingga asupan makanan ke tubuh akan lebih sehat. Tumbuh-tumbuhan organik berfungsi sebagai pembersih toksin yang sangat mengagumkan serta dapat menghilangkan lemak yang tidak diinginkan dalam tubuh. Hasilnya adalah pembersihan toksin-toksin secara menyeluruh dari seluruh tubuh. Selain itu, tumbuh-tumbuhan organik juga dapat memberikan makanan bergizi kepada tubuh, mengaktifkan sel-sel tubuh, meningkatkan sistim regenerasi tubuh serta menyeimbangkan sistim hormon. Selain itu dapat meningkatkan fungsi organ dalam sekaligus memelihara keseimbangan kesehatan.

Di luar pola makan, gaya hidup lain harus digalakkan, seperti olahraga cukup, istirahat cukup, dan pola makan yang teratur. Semoga, dengan langkah-langkah ini umur kita bisa semakin panjang dan berkualitas. Selamat mencoba. ****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun