Aung San Suu Kyi ditahan. Beberapa tokoh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) termasuk Aung San Suu Kyi ditahan sebagai tahanan rumah oleh militer Myanmar. Kejadian ini sejalan dengan kericuhan politik yang terjadi di negeri  seribu pagoda tersebut. Dalam beberapa pekan terakhir, Myanmar dilanda demonstrasi berdarah yang melibatkan masyarakat dan militer. Menurut kompas.com (4/3) korban tewas dalam kerusuhan tersebut mencapai 34 orang.
KRONOLOGI KERUSUHAN MYANMAR
Kerusuhan bermula ketika partai liga demokrasi memenangkan pemilu yang diadakan November 2020 lalu. Dalam pemilihan umum tersebut, partai liga Nasional untuk Demokrasi mendapat lebih dari 80 persen suara. Sementara itu, Min Aung Hlaing, panglima tertinggi militer Myanmar, sekaligus rival dari Aung San Suu Kyi dalam perebutan kursi hanya mendapat 6 persen suara. Padahal selama 20 tahun, Tatmadaw (militer myanmar) dalam satuan proksi Tatmadaw Union Solidarity and Development Party (USDP) telah memegang kendali myanmar. Maka setelah kekalahan telaknya pada November lalu, tatmadaw memprotes hasil pemilu dan mendesak untuk adanya pemilihan ulang. Tatmadaw mengklaim bahwa proses pemilu tahun lalu dibumbui kecurangan. Namun karena kurangnya bukti, parlemen tidak mengabulkannya.
Oleh karena itu, pada tanggal 1 Februari 2021, tatmadaw mengumumkan keadaan darurat nasional, dan merencanakan kudeta hingga Aung San Suu Kyi harus dan jajarannya harus menjadi tahanan rumah. Ultimatum ini telah sebelumnya didahului dengan diturunkannya tank lapis baja di kota-kota besar di Burma dan sejumlah tentara militer berhasil mengamankan 400 anggota DPR untuk tetap ada dirumahnya. Aksi ini menimbulkan perlawanan dari masyarakat Myanmar. Ratusan ribu masyarakat Myanmar turun ke jalan untuk meprotes kudeta. Gerakan ini dipelopori oleh petugas kesehatan dan masyarakat sipil.
Namun setelah pemenang pemilu dirumahkan, kekuasaan Myanmar dikendalikan oleh Min Aung Hlaing. Demi memperkuat kekuasaan junta, ia membentuk Dewan Administrasi Negara (SAC). Ia pun meblokir akses facebook, whatsapp, selama 3 hari mulai tanggal 4 februari melalui jaringan telekomunikasi yang dikendalikan oleh tatmadaw yakni Myanmar Post and Telecomunication. Hal ini dilakukan untuk menekan aksi demo.
Situasi semakin memanas saat polisi menembak kepala seorang wanita berusia 20 tahun bernama Mya Thwe Thwe Khaing. Akibatnya 300 anggota parlemen terpilih mendesak junta. Namun tatmadaw tak hilang akal, ia langsung menyusun UU keamanan siber untuk meredam perbedaan pendapat. Disaat yang sama, persidangan untuk Aung San Suu Kyi dimulai.
NASIB MUSLIM ROHINGNYA
Rohingya adalah kelompok etnis dari Rakhine Myanmar yang telah didiskriminasi selama bertahun-tahun di negaranya sendiri. Untuk menyelamatkan dirinya, masyarakat rohingya berbondong-bondong keluar dari Myanmar menuju Bangladesh, Pakistan, bahkan Indonesia. memang benar, diskriminasi itu dilakukan dalam kekuasaan Min Aung Hlaing bersama para ekstrimis budha dan militer. Namun bahkan seorang Aung San Suu Kyi pun, menutup mata dari hal ini.
Sejak menjadi penasehat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi terkesan membiarkan atas apa yang terjadi di Rohingnya. Dia bahkan mengatakan tindakan militer tersebut merupakan tindakan yang tepat terhadap pemberontakan milisi rohingnya. 'the lady' yang digembar-gemborkan merupakan harapan terakhir Myanmar, tak mampu menyelesaikan permasalahan rohingnya.
BUKAN RE-FORMASI TAPI KHILAFAH
Rohingnya adalah permasalahan Myanmar, namun tidak bisa diselesaikan Myanmar. Rohingnya juga adalah permasalahan internasional, yang tidak mampu diselesaikan oleh internasional. Masalah Rohingya juga tidak bisa diselesaikan hanya dengan upaya repatriasi dari ASEAN. Konsep negara bangsa ini lah semakin mempersulit negara-negara lain untuk menolong warga muslim Rohingya, padahal kondisi mereka saat ini sudah sangat memprihatinkan.