Mohon tunggu...
Daniel Setiawan
Daniel Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang karyawan swasta

Segala Sesuatu Ada Masanya, Ikhlas dalam Menjalaninya disertai dengan Pengucapan Syukur.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pernikahan Bukanlah Seperti Dongeng Cinderella

30 Agustus 2013   08:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:37 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika seseorang mempersiapkan diri untuk memasuki sebuah pernikahan, tentu saja mempunyai sebuah harapan bahwa kelak keluarga yang akan dibinanya menjadi sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia sampai kakek-nenek. Mungkin begitu?

Yang harus disadari bagi pasangan muda yang akan menjadi sepasang suami istri, bahwa menyatukan dua karakter yang berbeda satu sama lain adalah sebuah perjuangan yang sangat berat. Karena pada prinsipnya sifat manusia adalah ingin menonjolkan egonya sendiri, Ketika memasuki sebuah pernikahan, seseorang cenderung untuk mengubah pasangannya sesuai dengan keinginannya. Disitulah letak kekeliruannya. Mengapa begitu? Karena sifat dan karakter seseorang tidak akan bisa diubah oleh siapapun juga.

Contoh, misalnya jika seorang pria mempunyai pembawaan yang kasar, ringan tangan (suka memukul) maka ada kecenderungan sifat tersebut akan terbawa dalam keluarga. Jadi, jangan berharap sang istri akan bisa mengubah sifat suaminya yang pemarah dan ringan tangan tersebut menjadi seorang yang lemah-lembut dan penuh perhatian, walaupun sebenarnya sang suami sangat mencintai istrinya.

Sifat posesif dan rasa cemburu yang berlebihan pun akan membuat sebuah keluarga menjadi berantakan. Saling curiga mencurigai akan membuat suami-istri menjadi tidak nyaman dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Kreatifitas suami menjadi terhambat akibat cemburu istri yang membabi buta, semuanya serba dilarang. Begitu juga dengan seorang suami yang posesif, menjadikan seorang istri menjadi terkungkung dalam sangkar nestapa. Bicara sedikit saja dengan seorang pria, maka kedua belah pipi akan memerah tanda telapak tangan sang suami. Jadi, berpikirlah hai perempuan, sebelum kamu menikah jangan pernah berharap akan mengubah calon suamimu, sesuai dengan kehendakmu. Karena itu sangat mustahil adanya. Kalau kamu tidak siap dengan kekurangan calon suamimu, lebih baik kamu tidak menikah dengan dirinya, daripada kamu akan tersiksa selama hidupmu.

Konflik dalam sebuah keluarga bisa dari mana saja. Dari hal-hal yang kecil sampai ke hal-hal yang prinsipil. Ini juga yang harus dicermati oleh pasangan muda yang akan memasuki sebuah pernikahan. Ketika, seorang suami dihadapkan perselisihan antara istri dan ibu kandungnya siapakah yang akan dibelanya? Sang suami akan menjadi serba salah. Membela istri, yang dihadapi adalah ibu kandung sendiri. Jika yang dibela adalah ibu kandung sendiri, sedangkan istri adalah pasangan hidup yang sama-sama akan mengarungi bahtera ke masa depan. Jika pasangan muda mempunyai problem demikian, saya menyarankan lebih baik pasangan muda tersebut menyiapkan rumah tinggal sendiri (kontrak ataupun milik sendiri), daripada harus tinggal di komplek mertua indah. Karena apa? Karena akan lebih baik bertemu sekali-sekali tapi rindu, daripada berkumpul setiap hari tapi cek cok melulu.

Masih banyak hal-hal kecil yang akan membuat sebuah keluarga menjadi tak harmonis. Uang salah satunya. Jika ketika masih bujangan, makan satu kali seharipun tidak masalah. Tapi ketika sudah berkeluarga dan mempunyai anak apa anda tega membiarkan anak dan istri hanya makan sekali sehari? Jadi, sebuah pekerjaan yang tetap juga harus dipikirkan oleh calon suami.

Apakah rumah tangga yang bahagia hanya ada di cerita Cinderella? Iya dan tidak! Iya, jika pasangan muda bisa memanage emosi dan karakternya sedemikian rupa sehingga bisa menciptakan keseimbangan antara keduanya maka akan tercipta kebahagiaan. Tapi, jika saling menonjolkan ego masing-masing, maka siap-siap keluarga anda akan menuju ke pintu neraka.

Mengerti tentang pasangan hidup adalah yang utama. Bersedia menerima kekurangannya adalah sebuah karunia. Mengolah sebuah perbedaan karakter menjadi sebuah kesatuan yang saling melengkapi adalah jalan menuju sebuah keluarga yang harmonis.

Semoga cerita Cinderella bukan hanya dongeng belaka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun