Kesempatan, sekali lagi kesempatan. Jika kesempatan itu sudah lewat maka yang tertinggal hanya gigit jari saja. Itulah yang terjadi pada PDIP sekarang ini. Apakah PDIP mampu melihat kesempatan itu dan menangkapnya menjadi sebuah peluang kemenangan? Atau PDIP hanya membiarkan kesempatan itu lewat begitu saja?
Ketika hampir semua parpol dianggap sudah tidak layak untuk dipercaya, apakah PDIP masih mengunggulkan partainya dalam mendulang suara pemilih? Ketika kasus korupsi juga melanda partainya apakah PDIP masih layak dipercaya oleh publik?
Dalam beberapa kesempatan Megawati selalu menuturkan bahwa pada saat ini PDIP belum berniat untuk mencalonkan siapapun untuk menjadi calon presiden dari partainya. Dan publik terus menerus dibuat terombang-ambing oleh kader partai banteng moncong putih ini. Karena antara satu kader dengan kader yang lainnya selalu melakukan wacana mereka masing-masing. Ada yang tetap ngotot untuk mencalonkan Megawati sebagai presiden, adapula yang menjagokan Jokowi dan bahkan ada yang mencalonkan Puan maupun Pradana. Terus publik pun berpikir yang mana sebenarnya calon dari PDIP?
Jika kesempatan itu telah datang untuk mendulang suara yang banyak dan menjadi penguasa di negeri tercinta ini, mengapa PDIP masih kelihatan ragu-ragu untuk menentukan langkahnya? Jika pada saat ini, banyak kalangan yang menghendaki Jokowi menjadi presiden NKRI berikutnya, kenapa PDIP masih menahan-nahan pencalonannya? Apakah benar dugaan beberapa pihak bahwa PDIP hanya akan memanfaatkan kepopuleran Jokowi  untuk melenggangkan Megawati menjadi presiden?
Tentu masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran di kepala melihat apa yang telah dilakukan oleh para kader PDIP ini. Mereka selalu mengatakan bahwa hak prerogatif untuk menentukan calon presiden ada di tangan Megawati, tetapi kenapa para kadernya selalu mewacanakan calon presiden sendiri-sendiri dan terus melemparkannya ke publik? Apakah ini untuk mendapatkan feedback calon presiden yang dikehendaki rakyat? Kalau calon tersebut sudah didapatkan dari rakyat, kenapa belum juga ada kepastian?
Jika kesempatan ini, ketika euforia terhadap Jokowi begitu menggebu-gebu dan dari beberapa hasil lembaga survey menyatakan bahwa elektabilitas  Jokowi begitu tinggi, kenapa PDIP masih menahan pencalonannya? Kalau sampai menjelang pemilihan legislatif Jokowi masih belum dicalonkan dan kemudian perolehan suara PDIP tidak menggembirakan, terus apa yang akan diperbuat oleh PDIP? Mencalonkan presiden sendiri? Tentu tidak mungkin, karena mereka harus berkoalisi. Artinya, pemegang kekuasaan nantinya akan dibagi-bagi lagi diantara partai-partai koalisi. Maka para menteri yang duduk di kabinet pun hasil dari koalisi tersebut. Terus apa yang diharapkan dari Menteri-menteri hasil koalisi jika kita bercermin dari para menteri hasil koalisi yang ada pada kabinet sekarang ini.
Atau jangan-jangan PDIP tidak siap untuk memimpin NKRI ini dan mereka lebih senang untuk menjadi partai oposisi. Agar mereka bisa dengan leluasa untuk terus mengkritik partai penguasa. Karena mereka tidak mampu untuk menjadi partai penguasa dan mereka hanya punya kebisaan terus memberikan kritik saja. Karena untuk menjadi partai penguasa harus mempunyai kader-kader yang siap berjuang demi  kesejahteraan bangsa, menjaga kesatuan dan keutuhan NKRI, mensejajarkan NKRI dengan negara-negara lain. Juga turut serta menjaga perdamaian dunia. Apakah PDIP telah siap untuk itu? Jika siap, kenapa masih ragu-ragu.
*** Cibubur, 05-02-14
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H