Mohon tunggu...
Daniel Setiawan
Daniel Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang karyawan swasta

Segala Sesuatu Ada Masanya, Ikhlas dalam Menjalaninya disertai dengan Pengucapan Syukur.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Megawati Hanya Perlu Bilang: Saya Tidak Nyapres Tahun Ini!

6 Januari 2014   08:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:06 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13889718921195650076

Teka-teki apakah Jokowi akan dicapreskan oleh PDIP sampai sekarang masih belum terungkap. Berbagai spekulasi masih berselewiran tanpa ada kepastian. Ada yang menduga bahwa PDIP akan tetap mencapreskan Megawati, dan ada pula yang optimis bahwa kali ini PDIP akan mencapreskan Jokowi. Yang mana yang benar sampai sekarang masih ada di tangan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP. Sebuah kepastian tentu sangat diharapkan oleh publik saat ini. Karena apa yang akan dipilih pada bulan April ini akan sangat menentukan bagi Indonesia di lima tahun yang akan datang. Bahkan saat ini, jangankan sebuah kepastian, publik malah disajikan inkonsistensi dari PDIP. Menurut Detik.com (Jumat, 03/01/14) Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo menepis statement dari politisi senior PDIP, Sabam Sirait yang menyatakan bahwa PDIP akan menentukan capres pada 9 April 2014 atau bertepatan dengan Pemilu Legislatif, tetapi Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo menyatakan bahwa penentuan capres tetap menunggu hasil pileg. "April setelah Pileg (9 April) rencananya, mencermati gelagat dinamika politik," kata Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo kepada detikcom, Jumat (2/1/2014). Bukan itu saja, pernyataan PDIP terkesan tidak sinkron antara satu kader dengan kader lainnya. Bahkan baru-baru ini Maruarar Sirait menyatakan bahwa Megawati akan segera menentukan capres dari PDIP. Ketika didesak apakah penentuan capres ini sebelum Pemilu Legislatif, Maruarar tetap mengatakan sebentar lagi. "Sebentar lagi Mbak Mega akan mengambil keputusan," kata Ketua DPP PDI Perjuangan Maruarar Sirait, saat ditemuiTempo dalam temu para kader dan pengurus DPC PDIP Kabupaten Subang, Jawa Barat, kemarin. Seperti yang dikutip dari Tempo.co (Senin, 06/01/14) Mana yang benar? Itulah mungkin pertanyaan dari publik. Permainan apa yang sebenarnya dilakukan oleh PDIP ini? Publik pun semakin dibuat kebingungan. Mengapa ada perbedaan pendapat diantara kader PDIP? Apakah selama ini tidak ada koordinasi diantara mereka? Apakah tidak ada arahan dari Ketua Umum kepada kadernya untuk seia-sekata dalam sebuah pernyataan? Jika Megawati menahan pencapresan Jokowi sesudah pileg, karena tidak ingin melihat kadernya ongkang-ongkang kaki seperti yang diungkapkan oleh pengamat politik, Burhanuddin Muhtadi. Bukankah ini membuat PDIP tidak dapat melihat sebuah kesempatan baik? Sebuah kesempatan dimana PDIP dapat menaikkan elektabiltasnya karena pamor Jokowi yang disukai oleh publik. Dan jika PDIP dapat memperoleh suara lebih dari 20%, maka PDIP pun dapat menentukan cawapresnya sendiri. Mau diambil dari parpol sendiri, parpol lain atau pun yang indenpenden sekalipun terserah kepada PDIP. "Saya melihat mengapa dia (Mega) tidak mencapreskan Jokowi karena dia tidak ingin kadernya ongkang-ongkang kaki," ujar pengamat politik, Burhanuddin Muhtadi di kantor Indikator, Jalan Cikini V, Menteng, Jakpus, Minggu (5/1/2014). Seperti yang diutarakan kepada Detik.com Jika benar PDIP menahan pencapresan Jokowi seperti yang diungkapkan oleh Burhanuddin Muhtadi di atas, di satu sisi memang diharapkan para kadernya harus bekerja keras demi mencapai tujuan, tetapi di lain sisi apakah para kader PDIP telah dapat menarik simpati dari publik? Jika belum, apakah cara ini bisa diterapkan? Padahal kita tahu bahwa Pemilu Legislatif tinggal 3 bulan lagi. Cukupkah waktu tersebut untuk mendongkrak elektabiltas pada caleg? Jika tidak, maka satu-satunya hanya pamor Jokowi yang bisa menarik simpati publik untuk memilih PDIP. Apakah salah menentukan capres sesudah pileg? Tentu tidak. Tetapi membuat konstituen dalam sebuah keraguan juga bukan sebuah pilihan yang tepat. Karena pada saat ini publik masih dalam keragu-raguan apakah PDIP akan mencapreskan Megawati atau Jokowi. Sedangkan pada saat ini publik mengharapkan PDIP mencapreskan Jokowi dan bukan Megawati. Jika penentuan capres sesudah pileg dan PDIP bukannya mencapreskan Jokowi tetapi Megawati, maka publik akan merasa dibohongi. Mengapa penentuan capres jangan sampai sesudah pileg? Karena untuk menghindari keraguan dari publik. Agar publik yakin apakah mereka harus memilih PDIP atau partai lainnya. Apalagi Megawati bukanlah calon favorit publik untuk menjadi seorang presiden. Elektabilitas Megawati hanyalah berada pada posisi satu digit dari 22 capres yang disurvei oleh Cyrus Network, "Mega termasuk yang terpuruk," kata Hasan, kepada Tempo.co (Senin, 23/12/13). Bahkan jika dikompetisikan dengan 5-8 calon presiden yang lain pun elektabilitas Megawati tetap terpuruk. Angka elektabilitas Mega juga anomali. "Kisaran angka elektabilitas Mega makin rendah ketika dikompetisikan dengan 5-8 calon presiden lain," kata dia. Padahal, idealnya angka elektabilitas calon akan naik signifikan jika jumlah kompetitornya makin sedikit. "Tapi hal itu tidak berlaku untuk Mega."  Seperti yang dikutip dari Tempo.co (Senin,23/12/13). Jika sudah demikian, apakah PDIP akan tetap ngotot untuk mengajukan capresnya sesudah pileg? Jika memang iya, lebih baik Megawati memberikan sinyal bahwa beliau tidak akan lagi mencapreskan diri pada pemilu kali ini. Dan mengatakan bahwa, 'Saya tidak akan nyapres tahun ini." Dengan demikian publik akan yakin bahwa PDIP akan mengajukan Jokowi sebagai capres dan bukan Megawati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun