Tidak serta-merta ketika seorang perempuan menikah kemudian melahirkan sudah bisa disebut seorang ibu. Makna seorang ibu tidaklah sesempit itu. Menjadi seorang ibu terlalu banyak tanggung jawab yang dibebankan di bahunya. Seorang ibu tidak bisa membiarkan anaknya tumbuh begitu saja. Oleh karena itu, jangan menganggap enteng peran seorang ibu dalam kehidupanmu.
Beban pertama seorang ibu adalah ketika harus mengandung anaknya. Suatu proses yang cukup lama dan melelahkan. Bukan dalam hitungan jam, hari atau minggu, tetapi dalam hitungan bulan. Sembilan sepuluh hari adalah sebuah penantian yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Menguras tenaga sudah bisa kita bayangkan, tetapi beban psikologis padahal adalah yang sangat menyiksa. Pernah anda bayangkan ketika seorang ibu muda membayangkan seperti apa anak yang dikandungnya? Tanda tanya ini mungkin bisa setiap saat bergayut di pikiran sang ibu muda. Segala bentuk kira-kira selalu menghantui. Dan sejuta tanya apakah tak kunjung juga sirna. Apakah anakku akan sempurna fisiknya? Apakah anakku kondisinya sehat? Apakah anakku tidak akan cacat? Apakah anakku jarinya utuh? Itu adalah pertanyaan yang lumrah, yang selalu hadir dalam setiap rengkuhan nafas sang ibu muda. Sampai ketika sang bayi lahir dengan sempurna, terpencar kebahagiaan yang tak terkira merekah di wajah sang ibu yang masih lelah. Penantian yang cukup panjang tak sia-sia.
Cukup sampai disitu saja? Tak cukup! Masa-masa pembinaan adalah masa-masa yang kritis. Seseorang anak akan menjadi apa di masa depan tergantung pada binaan seorang ibu. Tata krama, sopan santun, agama, pendidikan semua dibebankan kepada sang ibu. Di sinilah kadang-kadang seorang ibu mengabaikannya. Anak dibiarkan tumbuh oleh didikan alam sekitarnya. Tanpa filter, dibiarkan anak berbuat seenaknya. Salah atau benar, sang anak tak pernah dihukum atau pun di puji. Semau dewe. Akhirnya sang anak menjadi seorang pribadi yang tidak dikehendaki. Seorang ibu juga kadang-kadang berbuat sesuatu yang tidak mendidik anaknya. Memanjakan anaknya dengan kelimpahan materi. Apa yang diminta anak dikabulkan begitu saja, tanpa melihat urgensinya. Anak menjadi malas karena semuanya didapat dengan mudah. Anak menjadi tak punya tekad dan motivasi untuk mencapai sebuah tujuan. Hai ibu, jangan manjakan anakmu. Ini sangat berbahaya bagi masa depan anakmu sendiri. Ketika dia hidup tanpa dirimu di sampingnya, maka dia akan kalah ketika harus berkompetisi.
Tentu masih banyak beban seorang ibu. Mengurus rumah tangga adalah salah satunya. Jangan berpikir ketika anda baru berumah tangga anda akan hidup bahagia selamanya. Anda tidak melakukan apa-apa, hanya berduaan saja dengan sang suami. Oh buang jauh-jauh pikiran seperti itu, karena anda akan kecewa. Saya ingatkan, kalau tidak hati-hati, bukan kebahagiaan yang akan anda peroleh malahan suasana neraka yang akan anda dapati. Karena ada kebiasaan-kebiasaan suami yang mungkin tidak anda sukai. Dan kebiasaan-kebiasaan ini, kadang-kadang akan memicu sebuah pertengkaran. Apakah hal ini sudah anda pikirkan? Pekerjaan harian seperti mencuci, memasak atau pun yang lain mungkin akan anda kerjakan sendiri. Itu pun dilakukan setiap hari. Jika anda punya materi mungkin pekerjaan ini bisa anda delegasikan kepada pembantu rumah tangga, tetapi jika tidak, maka siap-siaplah akan kerjakan sendiri.
Memang tidak mudah menjadi seorang ibu, oleh karena itu jika ada peringatan hari ibu. Itu merupakan sebentuk penghormatan yang diberikan untuk menghargai dedikasi seorang ibu, karena pekerjaan seorang ibu tidak hanya sampai ketika dia melahirkan, tetapi akan terus melekat kepada dirinya sampai selamanya.
Selamat hari ibu untuk ibu-ibu yang perkasa. Untuk ibu-ibu yang melakukan tugasnya tanpa keluh-kesah. Untuk ibu-ibu yang mencurahkan kasih sayangnya kepada anggota keluarga. Dan tentu saja kepada istriku yang telah menjadi ibu bagi anak-anakku. Dan terpenting adalah kepada seorang ibu yang telah melahirkan dan mendidik diriku. Selamat Hari Ibu. *** (danset)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI