Ini sebenarnya bukan review, tetapi kesan-kesan saya setelah menonton film Pengabdi Setan (2017) yang disutradarai oleh Joko Anwar. Setelah rilis tanggal 28 September 2017 dan mengikuti twit-twit Joko Anwar membuat saya penasaran untuk menonton film ini. Jujur saja, saya paling tidak suka menonton film horor dan satu lagi film perang. Menurut saya, kedua genre film tersebut tidak ada seninya sama sekali. Yang satu hanya menakuti diri sendiri dan yang satunya hanya membombardir dengan senjata-senjata modern ke pihak musuh. Tetapi untuk kali ini, saya menyerah. Apalagi setelah melihat semakin hari semakin banyak orang yang menonton film ini. Karena menurut saya, tidak akan ada yang mau menonton film ini jika filmnya tidak keren banget. Dan sampai hari ini sudah lebih dari 1,7 juta orang yang menonton hanya dalam waktu 11 hari pemutarannya.
Rasa penasaran saya terpenuhi kemari, Minggu (08/9/17) bersama istri yang doyan menonton film horor, kami berdua turut memenuhi kursi di bioskop di salah satu mall di Bogor. Walau pun pertunjukkannya pada siang hari bolong, ternyata cukup banyak juga yang turut serta menonton film garapan Joko Anwar ini.
Saya tidak mau spoiler di sini, jadi bagi Anda yang belum sempat nonton, silakan langkahkan kaki anda menuju ke bioskop terdekat. Karena akan sangat rugi jika anda tidak menikmati horor yang disajikan oleh Joko Anwar. Karena ini memang benar-benar adalah film horor dengan alur cerita yang mengasyikkan. Walau pun masih tersisa beberapa misteri yang belum terpecahkan, tetap enak untuk ditonton. Mungkin karena keterbatasan waktu sehingga ada beberapa hal yang tidak dijelaskan secara detail di film ini. Seperti apa itu sekte pemuja setan itu sebenarnya? Dan yang terutama adalah ending yang tidak akan Anda sangka-sangka.
Mungkin yang paling menarik di sini adalah pemeran Ian (si bungsu) yang diperankan sangat baik oleh M. Adiyat. Pertama kali saya kira Ian ini benar-benar bisu. Tetapi ketika Ian melafalkan mantra-mantra dan menjawab dengan lugas pertanyaan kakaknya, saya baru sadar jika Ian bukanlah seorang bisu. Padahal Ian ini dalam film tersebut diceritakan belum berumur 7 tahun dan baru akan berulang tahun. Sungguh brilian dan terasa natural sekali permainannya.Â
Selain horor yang menakutkan film ini juga disuguhkan jokes-jokes yang natural banget sehingga tidak terkesan garing. Dan jokes-jokes ini akan membuat anda tertawa paling tidak tersenyumlah.Â
Dan satu lagi soundtrack lagunya bikin merinding. Ketika pertama kali mendengar lagu yang dinyanyikan oleh Aimee Saras yang berjudul Kelam Malam,saya tidak merasakan apa-apa, seperti lagu-lagu lainnya. tetapi setelah menonton film Pengabdi Setan, dan saya kembali memutar lagu ini di Youtube, terus terang membuat bulu kuduk saya berdiri. Aroma horornya kerasa banget. Dan lagu ini benar-benar bikin merinding ketika Tony yang setiap malam memutar sandiwara radio Butir-Butir Pasir Dilaut, tiba-tiba jarum gelombang radionya bergerak sendiri dan memutar lagu ini. Wow.. seram...
Dan satu lagi yang bikin merinding, suara lonceng. Kenapa suara lonceng bisa bikin seram? Kalau Anda belum menonton film ini tidak akan tahu dimana seramnya. Tetapi jika Anda sudah menyaksikannya akan tahu bahwa ketika suara lonceng berbunyi itu tandanya Ibu telah datang... padahal ibunya sudah dikuburkan. Hi...hi...
Dan sampai sekarang saya masih terbayang-bayang wajah Ibu yang sangat-sangat baik dimainkan oleh Ayu Laksmi. Tidak banyak memang dialog yang diucapkan olehnya. Tetapi peran inilah yang sangat meneror penonton. Saya jamin Anda akan tetap terbayang wajah sang Ibu walau Anda sudah keluar dari bioskop.
Sekali lagi ini bukan review, tetapi adalah kesan saya ketika menonton film garapan Joko Anwar ini. Kesan ini adalah subyektif, tentu akan berbeda dengan masing-masing personal. Bagi saya mungkin seram, tetapi tidak bagi Anda. Bahkan dengan istri saya saja pendapatnya bisa berbeda. Istri saya malah ketawa-tawa ketika menonton film ini, karena menurutnya masih ada film yang lebih seram yang dia tonton dari pada film garapan joko Anwar ini. Ya, masing-masing punya pendapat yang berbeda-beda... it's fine.
Saya kira demikian saja... silakan anda nonton sendiri dan tafsirkan sendiri filmnya ya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H