Rabu dini hari waktu setempat, publik Amerika dikejutkan dengan kemenangan Donald Trump terhadap Hillary Clinton. Seakan semua tidak percaya Clinton bisa dikalahkan oleh Trump mempunyai mulut 'comberan' itu. Bukan hanya publik Amerika saja yang tidak menyangka Trump akan memenangkan pemilihan Presiden Amerika Serikat bahkan dunia seakan tidak percaya. Lembaga-lembaga survey meyakini Clinton akan memenangkan pilihan Presiden ini. Bahkan jajak pendapat Fox News menempatkan Clinton sebagai pemenang dengan perolehan 49% dibandingkan dengan Trump yang hanya memperoleh suara 39%. Bahkan ketika debat calon Presiden Amerika pun Clinton terlihat unggul dari Trump. Tetapi. fakta berkata lain pada Rabu dini hari kemarin. Trump secara mengejutkan mengalahkan Clinton. Dan Trump pun akan dilantik menjadi Presiden ke-45 pada bulan Januari mendatang.
Hillary Clinton yang begitu diunggulkan memenangi pemilihan Presiden Amerika, ternyata harus mengakui pihak lawan yang dengan mengejutkan mengungguli dirinya. Publik pun bertanya-tanya kok bisa hal tersebut terjadi. Apa yang salah dengan Hillary Clinton? Bukankah semua kelihatan begitu sempurna? Hanya tinggal menunggu waktu saja untuk berpidato atas kemenangannya. Tetapi hasilnya berkata lain, Hillary Clinton harus berpidato mengenai kekalahannya terhadap Trump. Dan saat ini Clinton masih belum bisa memecahkan kaca-kaca yang menghalangi seorang perempuan menjadi Presiden Amerika Serikat. Kekalahan ini sungguh sangat menyakitkan bagi Clinton, karena gagal mencatatkan sejarah Amerika Serikat menjadi Presiden perempuan pertama di Amerika Serikat.
Kekalahan ini tentu saja menjadi pelajaran yang berharga bukan saja untuk Clinton dan timnya tetapi juga untuk mereka yang saat ini sedang bertarung untuk menjadi pemimpin baik di daerah mau pun di ibukota. Kekalahan Clinton seharusnya menjadi pelajaran bahwa kita jangan terbuai oleh hasil jajak pendapat yang mengunggulkan kita. Karena jajak pendapat tersebut akan membuai kita sehingga menjadi lengah terhadap calon penantang kita.
Ketika hasil survey dari beberapa lembaga survey di Indonesia, menempatkan suara Ahok-Djarot semakin menurun dalam beberapa waktu ini, menurut saya justru lebih bagus daripada selalu menempatkan posisi Ahok-Djarot jauh di atas lawan-lawannya. Kenapa? Karena dengan hasil survey ini membuat tim sukses Ahok-Djarot lebih waspada untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Daripada mereka terbuai oleh survey-survey yang menempatkan Ahok-Djarot akan menang telak terhadap lawan-lawannya. Jika sudah menganggap enteng lawan, maka hal itu adalah awal dari sebuah kehancuran. Tanpa sebuah persiapan, ketika musuh sudah berada di depan mata maka hanya akan ada kepanikan yang terjadi. Jika dalam kondisi kepanikan apakah akan memperoleh sebuah kemenangan? Saya rasa mustahil.
Oleh karena itu, survey yang menunjukkan elektabilitas Ahok-Djarot semakin menurun menurut saya harus disyukuri oleh tim sukses Ahok-Djarot. Dengan demikian mereka semakin waspada mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Dan mereka akan kembali bekerja lebih  keras dari biasanya untuk menaikkan elektabiltas Ahok-Djarot. Lain halnya jika survey menempatkan elektabiltas Ahok-Djarot jauh mengungguli lawan-lawannya, mereka tentu akan bekerja seadanya saja, karena toh menurut mereka Ahok-Djarot pasti memenangkan pemilihan ini. Kalau over confident sudah melekat pada tim sukses maka kekalahan sudah di depan mata, seperti tim sukses dari Hillary Clinton.Â
Semoga pelajaran dari Hillary Clinton ini bermanfaat bagi tim sukses Ahok-Djarot. Jangan terbuai oleh hasil survey, jangan terbuai oleh elektabiltas. Karena semua itu hanya angan-angan yang bisa meninabobokan dan membuat kita menjadi lengah. Terus berjuang seakan-akan jagoan kita akan kalah. Dan tetap optimis seakan-akan jagoan kita akan menang.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H