[caption caption="Pilkada Serentak/satuharapan.com"][/caption]
Menjelang Pilkada, apalagi Pilkada DKI Jakarta tensi politik akan terus naik hingga tahun 2017 nanti. Pro dan kontra calon gubernur menjadi tak terelakkan. Apalagi hal tersebut dipertontonkan oleh para politisi kita dan juga yang menganggap dirinya politisi. Saling menjatuhkan pihak lawan dan mengagungkan diri sendiri menjadi hal yang biasa dan merupakan sesuatu yang dimaklumi. Mencari-cari kesalahan saingan harus dilakukan agar dapat menjual diri sendiri, dan agar diri sendiri terlihat lebih kredibel serta lebih suci dari pihak lawan.
Pilihan untuk memihak memang tidak terelakkan. Begitu juga di Kompasiana ini. Ada yang memihak si A dan ada juga yang memihak si B, C dan D. Semuanya sah-sah saja. Karena dalam hidup kita memang harus memihak dan itu adalah pilihan. Dalam hidup ini tak ada manusia yang tidak memihak, semuanya memihak. Mungkin ada yang bertanya bukankah ada yang netral yang tidak memihak si A, B, C dan D? Betul. Walau pun pilihan anda adalah tidak memihak, sebenarnya itu juga merupakan sebuah pilihan pemihakan. Memilih untuk tidak memihak si A, B, C dan D bukan itu sudah berpihak kepada pilihan tidak memihak?
Salah kita memihak salah satu calon dan tidak memihak calon yang lain? Tidak ada yang salah. Karena itu adalah pilihan. Dan itu adalah hak asasi kita untuk memilih dan tidak bisa diganggu gugat oleh orang lain. Yang membuat miris adalah, ketika pilihan kita berbeda dengan yang lain, lalu kita menghujat pilihan orang lain bahkan terhadap diri orang tersebut. Bahkan banyak kejadian, karena berbeda pilihan ini seorang sahabat kental pun bisa menjadi musuh. Yang semulanya saling menyayang kini saling menghujat. Padahal orang yang kita pilih, mungkin tidak mengenal apalagi pingin kenal dengan kita. Lalu kenapa kita harus mengorbankan persahabatan kita hanya untuk moment sesaat ini?
Di Kompasiana ini pun, antara satu kompasianer dengan kompasianer lainnya saling menghujat karena berbeda pilihan. Padahal sebelum ada pilkada diantara mereka kelihatannya baik-baik saja. Dan hanya karena berbeda pilihan dalam pilkada mereka terlibat saling menghujat. Apa yang kau cari saudaraku? Sadarkah saudaraku, yang anda bela belum tentu kenal dengan anda. Jadi, hilangkan saling menghujat itu. Karena diantara kita lebih saling mengenal daripada calon-calon pilihan kita itu. Jangan korbankan rasa persaudaraan kita hanya karena kita berbeda pilihan.
Alangkah indahnya jika kita mempromosikan pilihan kita dengan tidak menjatuhkan pihak lain. Tulislah prestasi-prestasi pilihan kita. Tulislah kebaikan-kebaikannya agar diketahui umum. Tulislah visi misi calon pilihanmu sehingga terlihat visi misi calon pilihanmu lebih baik dari calon yang lain. Dan tak perlu menulis tentang keburukan-keburukan pihak yang lain. Dengan demikian orang akan lebih respek dengan pilihanmu.
Dan bahkan yang lebih menggelikan lagi, diantara mereka yang saling menghujat tersebut padahal tidak memiliki hak pilih pada pilkada DKI Jakarta 2017 nanti. Â ***
Â
Â
Â
Â