Kepada Pembaca Kompasiana yang terhormat, (siapa pun anda, dari mana pun anda, berdomisili di mana pun anda)
Pertama-tama saya pribadi ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, karena selama pada pembaca Kompasiana telah membaca tulisan saya, baik yang sudah meninggalkan jejak dengan komentar, dengan memberikan vote, atau pun sekedar membaca saja. Atau mungkin ada yang hanya membaca judulnya saja di beranda muka Kompasiana, tidak apa-apa. Kepada anda pun saya mengucapkan terima kasih. Paling tidak, anda sudah tahu saya sudah menulis sebuah artikel dan di-publish di Kompasiana. Walau pun artikel tersebut tidak menarik anda untuk membacanya.Â
Ketika kita menulis sebuah artikel, tentu saja kita mengharapkan artikel kita tersebut dibaca oleh banyak pembaca. Syukur-syukur artikel tersebut di-share ke berbagai macam platform medsos yang ada, sehingga lebih banyak lagi menggapai pembaca artikel tersebut. Dan jika, artikel kita tidak ada yang membaca, tentu kita perlu mengoreksi diri sendiri. Mengapa artikel kita tersebut tidak dilirik oleh para pembaca. Mungkin kita salah dalam memilih judul, memilih tema atau pun hal yang bahas telah out of date. Iya, semua bisa terjadi. Yang yang membahagiakan saya adalah, ketika artikel saya banyak dibaca orang dan dikomentari. Berarti tulisan saya telah banyak dibaca oleh orang. Oleh karena itu, saya mengucap syukur jika selama ini masih banyak orang yang ingin membaca tulisan saya. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.
Para pembaca yang terkasih,
Sampai saat ini, saya bukanlah siapa-siapa dibandingkan dengan penulis Kompasiana yang lain. Artikel saya yang Headline bisa dihitung dengan jari. Masih tidak seberapa. Yang dipilih oleh Admin untuk dijadikan artikel pilihan pun tidak sampai separuh dari tulisan saya. Sehingga boleh dikatakan artikel saya kebanyakan hanyalah berlalu begitu saja, seperti hembusan angin malam di musim kemarau panjang. Tapi, bagaimana pun saya tetap bangga. Walau pun hanya numpang lewat, masih ada puluhan orang yang membaca artikel saya. Untuk itu, saya tetap berterima kasih.
Memang, tujuan kita menulis di Kompasiana adalah untuk dibaca orang. Jika tidak ada pembaca yang budiman, tentu artikel yang saya buat hanya akan sia-sia dan hanya menjadi arsip tanpa ada yang klik. Maka boleh dikata, pembaca adalah nyawa bagi seorang penulis. Tanpa ada pembaca, maka tulisan menjadi benda mati. Dikuburkan dalam arsip-arsip Kompasiana. Miris? Tentu saja. Tapi itu dinamika. Kadang tulisan banyak yang baca, kadang hanya beberapa. Kadang juga tidak ada yang mampir untuk sekedar menegur sapa.Â
Tapi pembaca, sebagai penulis tentu saja saya tidak boleh berkecil hati. Tekad saya hanyalah untuk menulis dan menulis apa yang saya suka. Jika kesukaan saya sama dengan pembaca maka tulisan saya banyak yang baca, tetapi jika kebalikkannya maka siap-siap tulisan saya hanya mendaftar panjang di Kompasiana.
Akhir kata, terima kasih sekali lagi kepada saudara-saudari yang telah membaca tulisan saya. Yakinlah, tanpa Saudara-saudara tulisan saya hanya kumpulan kata-kata yang tak bermakna. Dan kalian semua adalah nyawa saya dalam berkarya. Terima kasih. *DanSet*
Â
Â
NB: Ikuti event Fiksi Surat Menyurat Kompasiana
Â
illustrasi : iphincow.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H