Bagi para penikmat drama korea sepertinya sudah tidak asing dengan drama yang berjudul Reply 1988 ini. Serial drama ini menceritakan tentang beberapa keluarga yang hidup harmonis di daerah Ssangmun-dong, distrik Dobong, Seoul bagian utara, Korea Selatan.
Serial ini merepresentasikan kehidupan masyarakat Korea Selatan, tepatnya di daerah Ssangmun-dong pada tahun 1988 yang menggambarkan suasana kehangatan antar sesama tetangga dan eratnya persahabatan.
Melalui pola budaya, serial ini dapat dianalisis dengan pola budaya kolektivisme dan berorientasi pada konteks tinggi (high context). Mengapa demikian?
Pada serial ini, digambarkan pada tahun 1988 kondisi ekonomi masyarakat Korea Selatan kala itu tidak semaju seperti sekarang. Sehingga, untuk kebutuhan makan dan meminjam sesuatu sering dan saling dilakukan oleh sesama tetangga demi mencukupi kebutuhan masing-masing keluarga.Â
Hal tersebut akurat mengapa disebut sebagai kolektivisme. Budaya kolektivisme memiliki masyarakat yang hidup dengan kepentingan kelompok daripada kepentingan individu (Samovar, 2017).
Dalam serial itu juga menampilkan scene ekspresi salah satu tetangganya terlihat tidak baik-baik saja seperti sedih atau cemas, maka tetangga yang lain ikut menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dan lekas menawarkan bantuan.Â
Ekspresi wajah adalah salah satu bentuk dari komunikasi nonverbal. Hal ini selaras dengan ciri budaya yang berorientasi pada konteks tinggi (high context) yaitu, Komunikasi nonverbal sangat penting (Samovar, 2017).
Referensi:
Samovar, Larry et. all. (2017). Communication between Cultures (9th ed). Boston: Cengage Learning.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H