Teks oleh: Danny Wetangterah Foto oleh: Mardhy Tuaty Ady, Egen R.D, Tribuana Wetangterah, Rido Hambandima, Danny Wetangterah *** "Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai" (Pramoedya Ananta Toer, Magda Peters, 233) ***
Pentas baru saja selesai. Ini kali ke sembilan pementasan seni ini dilakukan. Para poetikos mulai bergerak berbenah. Jam menunjukan 15 menit menuju jam sebelas malam.
Malam itu, Rabu (1/3) Taman Nostalgia tampak ramai. Orang-orang banyak duduk bergerombol menghadap pentas "dadakan" yang diatur seadanya, tepat di bawah tangga, di bagian depan Gong Perdamaian, Taman Nostalgia. Anak kecil, orang besar, laki-laki, perempuan semua berkumpul dekat dengan pentas. Maklum saja; ada acara Temu Sastra Bulanan, chapter sembilan oleh komunitas seni Lembaga Rumah Poetika, Kupang. Lembaga seni budaya Rumah Poetika Kupang menggelar pentas seni ke-sembilan lewat Temu Sastra Bulanan. Temu Sastra, adalah acara pentas seni bulanan yang diadakan soleh Lembaga Rumah Poetika Kupang. Poetikos adalah sebutan bagi anggota salah satu komunitas seni di kota Kupang ini.
Kali ini, kasih sayang menjadi dipilih menjadi thema acaranya, karena bulan Februari yang identik dengan suasana valentine. "Kami ingin agar kegiatan ini menjadi wadah para seniman di Kupang untuk berekspresi, termasuk kawan-kawan seniman jalanan. Itu alasan kenapa ada Temu Sastra Bulanan ini" tegas Nedjo, salah seorang Poetikos perempuan senior. Memang jarang ada pentas seni di Kupang. "Ktong berharap kegiatan ini jadi ajang pemersatu seniman di Kupang. Kalau di Jogja ada Malioboro, di Kupang ada taman Nostalgia" jelas Dody, poetikos lain yang malam ini mementaskan sebuah puisi romantis. Dody memang spesialis puisi-puisi romantis. Harapan ini bukan harapan semu. Sejak dijalankan Temu Sastra Bulanan pertama sembilan bulan yang lalu, sudah lebih dari 20 komunitas seniman dan 200-an seniman kota Kupang ambil bagian dalam kegiatan yang dilaksanakan sebulan sekali ini. Mulai dari komunitas puisi sampai komunitas pantomim, mulai dari pelukis sampai rapper, semua pernah terlibat. Gratis pula!
Ternyata banyak seniman di Kupang. Sayangya, dalam lima tahun terakhir acara ini adalah satu-satunya tempat kumpul, ketemu dan berekspresi bagi seniman Kupang dan tontonan seni gratis bagi warga kota Kupang. Selain itu, seni hanya sekedar jadi pelengkap formalitas acara-acara lain. Semangat mengembangkan seni budaya inilah yang menjadi mimpi anak-anak poetikos. Mimpi ini hampir saja padam di chapter ke empat. Saat itu penonton yang datang tak lebih dari 20 orang. Ini justru memicu semangat anak-anak poetikos. "Kegagalan" chapter ke-empat malah menjadi pemicu mereka untuk lebih baik lagi bersiap. Bahkan, saat ini para poetikos sedang mempersiapkan pementasan teater kolosal dengan judul Ratu Balonita. Teater ini memerankan drama karya seniman NTT, Gerson Poyk.
Teater yang akan dipentaskan pada 12 April 2012 ini adalah otokritik terhadap kondisi kota Kupang sekarang. "Pentas Ratu Balonita ini adalah sindiran buat kota Kupang sekarang, yang cenderung konsumtif, konsumeristis dan melupakan budaya positif. Seperti balon, yang biar besar tapi isinya hampa" jelas Otenk, seniman dari Bengkel Teater W.S. Rendra, Jakarta, yang datang jauh-jauh untuk membantu persiapan pentas kolosal ini. Otenk juga menyumbangkan puisi di Temu Sastra kali ini. Djitron Pah juga hadir memainkan Love Will Keep Us Alive (Eagles) dan Sempurna (Andra and The Backbone) lewat petikan sasandonya. Juga Joko Bayu, yang tampil dengan pembacaan puisi yang berapi-api, Parodi HMJ PBS Undana, komunitas hip-hop Kupang, H2K dan beberapa seniman lain.
"Sekarang (acara) ini sudah jadi rutin. Kami senang karena sudah banyak sekali seniman Kupang yang berpartisipasi" jelas Ivan Bartels, salau satu poetikos lain; yang bertugas mendukung pentas malam itu dengan musik latar yang ia mainkan dari keyboardnya. "(Acara) ini akan terus kami lakukan sampai kami capai. Sampai kami tidak kuat lagi, dan kami yakin akan ada yang meneruskannya" sambung Ivan, sambil menyeka keringatnya yang bercucuran di wajahnya. Dia baru selesai menggulung kabel dan membenahi peralatan sound system, karena acara malam itu sudah selesai dengan sukses. Maju terus poetikos!!.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya