Tol laut yang menjadi program pasangan Jokowi-JK saat kampanye dapat menjadi salah satu alternatif mengatasi arus mudik manusia dari satu provinsi menuju provinsi lainnya. Dengan mengoptimalkan pelabuhan serta membangun dermaga pada beberapa kota di sekitar pantura pulau Jawa seperti Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Lamongan dan Surabaya, akan membuat beban jalan raya berkurang dan pada akhirnya tidak lagi kita dengar arus mudik yang diwarnai dengan kemacetan bahkan kejadian kecelakaan lalu lintas. Menyediakan beberapa kapal untuk mengangkut motor dan mobil pemudik, selain membangun pelabuhannya tentu biayanya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur jalan yang menelan ratusan triliun rupiah tetapi tidak juga menjadi solusi mengatasi kemacetan mudik hingga kini.
Pidato kemenangan pasangan Jokowi-JK di pelabuhan Sunda Kelapa seakan menandakan arah baru pembangunan bangsa yaitu mengutamakan pembangunan maritim dan tidak lagi hanya berorientasi pada daratan. Bukankan sejak zaman dahulu bangsa ini dikenal sebagai bangsa pelaut sampai tercipta lagu nenek moyangku seorang pelaut. Bukankah 2/3 wilayah Indonesia merupakan laut yang seharusnya mendapat prioritas utama dalam rencana pembangunan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Pelabuhan bukan lagi dianggap sebagai "wilayah belakang" bagi bangsa ini, tetapi justru sebaliknya mengembalikan fungsi pelabuhan itu merupakan wilayah depan atau bagaikan teras dalam sebuah rumah, sehingga arus pergerakan manusia dan barang justru harusnya lebih banyak melalui laut karena Indonesia merupakan negara kepulauan.
Visi pemerintahan baru nanti dengan tol laut ini ialah untuk menciptakan keadilan dan pemerataan, karena seringkali harga barang kebutuhan pokok di satu pulau dengan pulau lainnya dapat berbeda, padahal barang yang dijual sama. Dalam keadaan mudik hari raya seperti ini, tentu saja menjadi pilihan menarik mudik dengan menggunakan kapal lewat laut. Salah satu contohnya, misalnya seseorang dari Jakarta akan mudik ke Solo, maka dia tinggal naik kapal dari pelabuhan Tanjung Priok dan berhenti di pelabuhan Tanjug Emas Semarang, untuk kemudian melanjutkan perjalanannya denga motor atau mobil pribadinya menuju Solo yang berjarak kurang lebih 3 jam dari Semarang. Hal ini tentu saja jauh lebih efisien jika dibandingkan naik motor dari Jakarta hingga Solo yang memakan waktu hampir seharian karena jalanan pasti macet.
Penulis berharap ke depannya, moda transportasi massal makin berkembang sehingga kereta api dan juga kapal laut menjadi tulang punggug transportasi bangsa ini untuk memindahkan manusia dan barang dalam jumlah besar dengan efara yang tidak benar. Meski bukan berarti meninggalkan sarana darat seperti bus maupun udara yaitu pesawat terbang. Semoga mudik hari raya 2015 hal ini dapat terealisasi karena tidak membutuhkan waktu lama untuk pembebasan lahan ataupun kendala lainnya. Jika PT KAI saja dapat membenahi diri dalam kurun waktu 1 - 3 tahun dan menjadikan moda berbasis rel tersebut menjadi pilihan utama pemudik karena kenyamanan dan ketepatan waktunya, mengapa kapal laut juga tidak menjadi sebuah pilihan menarik untuk dipertimbangkan ??
Mari kita tunggu realisasi janji tol laut dari pemerintahan baru Jokowi - JK.
26 Juli 2014
Danny Prasetyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H