Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tahun 2016, Optimis atau Pesimis?

2 Januari 2016   05:49 Diperbarui: 2 Januari 2016   07:48 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Optimistis atau pesimis, merupakan pilihan dari setiap individu dalam menyambut setiap tahun baru. Kondisi politik, ekonomi maupun hukum yang terjadi di bangsa ini membuat dua opsi tersebut seakan menjadi pilihan kita dalam mengawali tahun 2016 yang kita sendiri tidak tahu akan terjadi seperti apa ke depannya. Ketika merenungkan dua opsi tersebut, maka ada alasan bagi setiap opsi untuk dapat dipilih dan tentu saja tidak ada yang salah dengan setiap pilihan tersebut. Memilih untuk bersikap optimis dapat menjadi pilihan yang baik karena kita menghadapi masa depan yang belum pasti, namun tetap dengan semangat yang baru, karena pasti ada hal baru maupun pengalaman baru yang didapat. Jika menghadapi masa depan dengan sikap optimis, kita akan melangkah dengan positif memasuki tahun 2016. 

Pesimis merupakan opsi kedua yang juga bukan hal yang keliru jika kita mengalami hal ini dalam menghadapi tahun 2016 ini, karena ketidakpastian situasi dan kondisi yang terjadi. Perkembangan ekonomi yang melambat sepanjang 2015 dan juga kejadian-kejadian politik yang terjadi menjadi latar belakang bagi mereka yang memilih opsi kedua ini. Bersikap pesimis dalam menghadapi tahun yang baru tidak bisa juga semerta-merta dikatakan negatif, karena justru dengan bersikap pesimis seseorang dapat menjadi waspada dan tidak terlalu over percaya diri yang ujungnya justru menjadi jatuh ke depannya. Meski demikian, bersikap pesimis juga bukan menjadi pilihan yang tepat, karena biasanya orang yang selalu bersikap pesimis akan menjadi ragu-ragu dalam mengambil tindakan, dan biasanya selalu didasarkan pada asumsi-asumsi yang belum tentu akan terjadi hal negatif yang dipikirkannya. 

Menjadi pertanyaan kemudian, lalu opsi mana yang lebih tepat untuk dilakukan dalam menjalani awal tahun 2016 ini ? Tidak ada opsi lebih benar, tetapi yang lebih tepat ialah ketika kita memulai hari dengan sikap optimis, maka sepanjang hari, minggu, bulan bahkan tahun ke depan, sikap hidup kita akan diwarnai oleh hal yang positif juga. Bersikap pesimis tetap boleh sepanjang hal tersebut tidak menjadikan kita pribadi yang kemudian acuh tak acuh atau tidak peduli karena selalu berpandangan negatif terhadap kondisi yang terjadi. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat bersikap optimis adalah penjual dagangan di pasar, jika ada barang dagangan yang laku, maka uang dari pembeli tersebut kemudian dikibas-kibaskan pada barang dagangan yang belum laku sambil mengatakan "laris...laris...". Bukankah hal sederhana tersebut menunjukkan bahwa mereka justru memiliki sikap optimis yang luar biasa, tanpa berpikir apakah nanti dagangannya akan ada yang membeli lagi atau tidak. 

Sikap awal seseorang akan menentukan tindakan berikutnya dan pada akhirnya juga akan menentukan hasil akhir apakah yang akan didapat orang tersebut.

Salam Kompasiana

2 Januari 2015

Danny Prasetyo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun