Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koalisi Gemuk a la Jokowi, Perlukah ?

9 Februari 2016   12:39 Diperbarui: 9 Februari 2016   12:54 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi". Pepatah dalam dunia politik tersebut kelihatannya cukup layak untuk melihat kondisi perpolitikan nasional di awal tahun 2016 ini. Rekonsiliasi partai beringin setelah selama beberapa bulan di tahun 2015 senantiasa berseteru akhirnya menemui titik temu, walau masih dalam proses menyelenggarakan munaslub pertengahan tahun ini.

Selain keputusan untuk melakukan rekonsiliasi, keputusan lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah "kembalinya" Golkar untuk mendukung pemerintah, atau mungkin bisa saja nanti masuk dalam pemerintahan Jokowi-JK. Seakan sudah menjadi imej bagi Golkar untuk menjadi partai pemerintah dan bukannya partai oposisi, siapapun dan partai manapun presidennya, sekalipun bukan berasal dari partai mereka.

Oleh karenanya ketika Golkar dibawah kepemimpinan Ical memutuskan mendukung Prabowo dengan Gerindranya juga beberapa partai lainnya untuk membentuk koalisi permanen merah putih, ternyata hanyalah letupan kejengkelan yang sesaat dan bukan permanen dari partai dengan lambang pohon beringin tersebut. Belum genap 2 tahun koalisi terbentuk, ternyata motor sekaligus ketua koalisi KMP yaitu Aburizal Bakrie secara resmi dalam rapimnas Golkar beberapa waktu lalu menyatakan bahwa Golkar mendukung pemerintahan Jokowi-JK, yang secara tidak langsung tentu saja membubarkan bangunan koalisi oposisi merah putih di parlemen. 

"Tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi', kembali nampak dalam sikap Golkar yang berbalik badan dari partai oposisi menjadi partai pendukung pemerintahan Jokowi-JK. Lepas dari apapun motif dan rencana politik dari partai beringin yang terkenal dengan banyaknya politisi handalnya tersebut, masuknya Golkar ke dalam pemerintahan mau tidak mau membuat kekuatan pemerintahan Jokowi menjadi makin percaya diri untuk menjalankan semua program pemerintahannya.

Akan tetapi, presiden Jokowi tentu harus belajar dari sejarah pemerintahan sebelumnya dibawah kepemimpinan SBY yang membangun koalisi gemuk, dan hanya menyisakan PDIP, Gerindra dan Hanura saja dalam barisan oposisi, namun pemerintahannya ternyata juga tidak dapat berjalan efektif, karena adanya partai yang bermain di dua kaki yaitu mengutamakan kepentingannya dan salah satunya adalah partai Golkar itu sendiri. Seperti pesan dari sang proklamator yang juga adalah inspirator bagi presiden Jokowi yaitu Soekarno agar jangan sekali-kali melupakan sejarah atau Jasmerah, khususnya dalam membangun koalisi pemerintahannya.

"Tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi", menjadi slogan yang harus dicermati oleh presiden Jokowi jika memang akan melakukan reshuffle kabinet dan memasukkan partai-partai yang berasal dari KMP untuk menjabat sebagai pembantunya di kabinet ataupun jabatan lainnya setingkat kementrian. Jangan sampai hanya gara-gara mementingkan dukungan parpol-parpol yang "baru masuk dan tidak berkeringat" saat memperjuangkannya sebagai presiden, Jokowi lupa akan kepentingan utamanya yaitu berjuang untuk rakyat melalui visinya dalam Nawacita.

Membangun koalisi gemuk dengan melibatkan banyak partai dalam kabinet pemerintahan, bukanlah jaminan akan terselenggaranya pemerintahan yang efektif dan efisien, bahkan bisa saja justru yang muncul adalah hambatan. Pengalaman pemerintahan sebelumnya sudah membuktikan akan hal tersebut, dengan partai pendukung yang hampir mirip. Padahal tanpa membangun koalisi gemuk dalam pemerintahan, presiden Jokowi dengan kemampuan komunikasi politiknya yang cair tetap mendapat dukungan dari partai-partai yang tergabung dalam koalisi merah putih. Jadi masihkah perlukah presiden Jokowi membangun koalisi gemuk pemerintahannya ??

9 Februari 2016

Danny Prasetyo

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun