Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inspirasi dari #OmTeloletOm

23 Desember 2016   20:09 Diperbarui: 23 Desember 2016   20:11 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya saya tidu ak terlalu paham dengan #omteloletom yang tiba-tiba saja menjadi trending topic dalam suatu media sosial, sampai kemudian ketika saya mencari tahu dalam situs berita yang ada dan menemukan apakah yang menyebabkan tagar tersebut menjadi trending tidak hanya lokal bahkan sampai internasional. Membunyikan klakson oleh pengedara bus atau truk yang diminta oleh sekelompok anak-anak di pinggir jalan yang kemudian menjadi terkenal dengan bunyi klaksonnya "telolet" dan ditambahkan dengan panggilan khas anak-anak kepada orang dewasa yaitu om, sehingga menjadi #omteloletom. 

Awalnya saya hanya melihatnya di berita atau bahkan di video situs media sosial, sampai kemudian hari ini ketika dalam perjalanan ke luar kota menggunakan bus, saya melihatnya secara langsung dan mengalaminya yaitu anak-anak menuliskan dalam sebuah karton dengan tulisan #omteloletom dan kemudian mereka berteriak-teriak agar sang supir bus membunyikan klaksonnya. Sekelompok anak yang berjumlah sekitar 5-6 orang tersebut seakan mempunyai job descriptionnya masing-masing yaitu ada yang memegang handphone untuk merekam, kemudian ada yang mengangkat karton yang bertuliskan kata tersebut dan sisanya bertepuk tangan sambil berteriak-teriak "omteloletom". 

Saya pikir awalnya hanya sekali saja saya temui, akan tetapi hampir beberapa kali dalam jarak yang berjauhan pasti ada sekelompok anak-anak yang melakukan kegiatan tersebut di pinggir jalan. Selain sudah dimulainya liburan sekolah, ternyata hal tersebut menjadi hiburan tersendiri bagi anak-anak untuk mengisi waktu liburan mereka, bahkan ada yang juga ditemani oleh orang tua mereka saat melakukan aksinya tersebut. 

Hal menarik lainnya yang saya amati adalah, sang supir bus yang saya naiki juga merespon apa yang diminta sekelompok anak-anak tersebut sembari kadang melambaikan tangannya dan tersenyum kepada mereka. Begitu aksinya direspon, sekelompok anak-anak tersebut sontak juga bergembira sambil tertawa riang karena mereka mendapatkan momen yang pas dan mungkin untuk kemudian dibagikan kepada teman-teman mereka melalui media sosial. 

Terkadang hal sederhana yang dilakukan secara bergotong royong, masif dan simultan ternyata dapat memberikan dampak yang cukup besar, bahkan sampai orang nomor satu di negeri inipun memberikan perhatian kepada fenomena yang sedang booming ini. Tidak hanya di kalangan lokal Indonesia, tetapi juga di internasional fenomena anak-anak Indonesia ini menjadi mendunia karena tampilan polos dan apa adanya sehingga menimbulkan keceriaan tersendiri. Nilai yang dapat diambil dalam menyikapi fenomena ini adalah bahwa hal sekecil atau sesederhana apapun jika dilakukan secara gotong rotong dan simultan, ternyata dapat memberikan dampak ataupun efek yang luar biasa, tidak hanya bagi bangsa sendiri, tetapi juga bangsa lain. 

Bukankah ini yang menjadi ciri khas manusia Indonesia yaitu bersikap gotong royong dalam melakukan sesuatu ? Sayang sekali saat ini sikap gotong royong sudah mulai luntur meski masih ada sebagian masyarakat yang mempertahankan sikap tersebut. Selain itu, sikap gotong royong pasti tidak melihat perbedaan yang ada diantara mereka, tetapi yang dilihat hanya satu tujuan sama yang ingin dicapai walau mereka berbeda tetapi memiliki satu tujuan. Mungkin saja anak-anak tersebut berbeda secara suku, ras bahkan agama, tetapi mereka tidak memandang perbedaan sebagai suatu hambatan tetapi justru keragaman yang menyatukan visi atau tujuan mereka untuk meneriakkan #omteloletom.

23 Desember 2016

-dny-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun