Perbedaan utama lari marathon dengan sprint adalah pada tingkat kecepatannya. Dalam lari sprint tentu pelari harus berlari secepat mungkin mencapai garis finish untuk memenangkan lomba, dan ini tentu berbeda dengan pelari marathon.Â
Dalam lari marathon yang diutamakan bukan pada kecepatan, tetapi pada stamina tenaga serta performanya. Tentu membutuhkan strategi dalam mengatur cara berlari agar tetap seefisien mungkin, karena jarak yang ditempuh pastinya lebih jauh dibandingkan dengan lari sprint.
Prinsip yang berbeda antara kedua jenis lari tersebut, tentunya akan membuat si pelari juga memiliki cara yang berbeda dalam menjalani pertandingan. Tidak bijak jika dia mengikuti lari marathon, namun cara berlari yang digunakan adalah dengan cara pelari sprint, tentu dia akan kelelahan dan kalah bahkan bisa jadi tidak menyentuh garis finish.
Dari tadi koq bahas tentang pelari marathon atau pelari sprint ya, lalu apa hubungannya dengan menulis? Bukankah berbeda antara seorang penulis dan juga seorang pelari?
Hal di atas mungkin hanya sebuah ilustrasi sederhana dan semoga saja nyambung dengan apa yang penulis ingin sampaikan. Tentu tulisan ini hanyalah sharing apa yang penulis pikirkan dan juga menjadi kebebasan buat para pembaca untuk setuju atau tidak dengan apa yang penulis sampaikan.
Seperti pelari sprint demikian keinginan penulis dahulu ketika mulai merambah blog tulis menulis. Ingin menghasilkan tulisan yang paling baru, paling cepat dan juga paling banyak dalam sehari menjadi tujuan utama penulis saat itu.
Apakah itu hal yang salah untuk dilakukan? Tentu saja tidak, bahkan itu hal yang sangat baik dan produktif, jika kita bisa menghasilkan banyak tulisan dan kemudian menjadi insight atau berbagi pemikiran kepada orang lain.
Akan tetapi, yang penulis alami saat itu adalah ketika penulis menjadi seperti pelari sprint ternyata penulis mengalami "kelelahan". Dampaknya kemudian justru menjadi antiklimaks yaitu penulis kemudian malah vakum atau "cuti menulis" kurang lebih 1,5 tahun.
Dari sebelumnya penulis satu hari bisa menghasilkan 2-3 tulisan, tetapi karena kesalahan penulis yang tidak mengenal karakteristik diri sendiri akhirnya justru pernah dalam 1 tahun bahkan hanya menghasilkan 1-2 tulisan saja. Bisa dibayangkan, setahun hanya 2 tulisan saja? Mengapa hal itu bisa terjadi?
Penulis justru salut dengan beberapa rekan penulis kompasianers yang bisa konsisten menghasilkan tulisan dengan rutin minimal sehari satu kali. Mereka inilah yang penulis jadikan "guru" dan memotivasi diri penulis agar juga dapat konsisten melakukannya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!